Kementerian Pertanian (Kementan) terus memacu peningkatan ekspor pertanian, khususnya produk hortikultura. Salah satunya, dengan memangkas izin ekspor yang sebelumnya 13 hari, kini menjadi 3 jam.
Hal tersebut dikatakan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, kepada politikindonesia.com, usai memimpin rapat koordinasi peningkatan produksi, investasi dan akselerasi ekspor komoditas hortikultura bersama para eksportir di Jakarta, Senin (29/10).
“Kebijakan baru itu akan mulai diterapkan pada minggu ini. Realisasi kebijakan itu merupakan pengaplikasian skema online single submission (OSS) yang diluncurkan pemerintah pusat sebagai sistem terpadu satu pintu secara online untuk mengurus semua kebutuhan perizinan,” ujar Amran.
Dia menjelaskan, untuk menerapkan kebijakan itu, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan asosiasi eksportir, kementerian luar negeri (Kemenlu) dan kementerian perdagangan (Kemendag). Hasilnya, semua sepakat memangkas perizinan yang semula 312 jam menjadi 3 jam selesai.
“Sehingga para eksportir, kini tak perlu lagi pusing memikirkan dokumen. Mereka tak perlu repot mengurusnya, cukup diam di rumah dan perizinan bisa dilakukan secara online. Jadi, jika dulu eksportir mendatangi kami. Tapi kini, kita yang datang untuk melayani. Sehingga para eksportir bisa fokus pada kondisi produk yang akan diekspor dan packagingnya,” ucapnya.
Menurutnya, jika pengurusan izin di Kementan sudah 3 jam, diharapkan pengurusan di instansi lainnya akan menyusul sehingga izin keluarnya lebih cepat. Maka, pihaknya memberikan contoh percepatan pengurusan izin di sektor hulu. Semua itu dilakukan sesuai dengan intruksi bapak Presiden. Sehingga nilai ekspor naik dan perekonomian pun meningkat.
“Potensi sektor pertanian Indonesia khususnya komoditas hortikultura sangat menjanjikan untuk menguasai pasar ekspor sehingga mendongkrat neraca perdagangan. Terbukti, dari catatan BPS, ekspor pertanian tahun 2017 mencapai Rp442 triliun, naik 24 persen dibanding 2016. Bahkan, hasil neraca perdagangan pertanian 2017 sebesar surplus Rp214 triliun,” tegasnya.
Sementara itu, Dirjen Hortikultura Kementan, Suwandi menambahkan, nilai ekspor produk hortikultura, baik segar maupun olahan hingga Agustus tahun ini mencapai Rp2,8 triliun. Angka ekspor tersebut didominasi oleh buah. Seluruh ekspor hortikuktura sebanyak 85 persen isinya nanas.
“Produksi nanas pada 2017 mencapai 1,8 juta ton sementara prognosa 2018 mencapai 1,85 juta ton. Selain nanas, manggis juga tengah menjadi primadona hortikultura untuk mengisi pasar ekspor,” urainya.
Diakui Suwandi, sebanyak 36 persen dari produksi manggis yang ada adalah orientasi ekspor. Dengan sekitar produksi 100 ribu ton, realisasi yang telah diekspor sebanyak 29 ribu ton. Target 2018, sebanyak 60 ribu ton. Prognosa manggis cukup baik dan cenderung meningkat. Pada 2018, produksi manggis diperkirakan mencapai 166 ribu ton, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yakni 161 ribu ton.
“Selain 2 jenis buah tersebut, buah dominan ekspor termasuk di dalamnya pisang, jeruk, mangga dan salak. Lalu sayuran, kentang baru tanaman hias," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved