Ratusan warga mengikuti acara Tok Panjang. Tok panjang merupakan tradisi kuno Tionghoa Semarang untuk makan bersama saat merayakan tahun baru Imlek.
Mereka berkumpul bersama dan menikmati hidangan Imlek yang tersaji di atas tok panjang atau meja panjang, di Pasar Imlek Semawis, Warung Pecinan, Semarang, Kamis malam (8/2/2024).
Menariknya, kegiatan Tok Panjang di Pasar Imlek Semawis ini tak hanya diikuti warga Tionghoa. Namun juga diikuti multietnis. Ada warga suku Jawa dan juga warga keturunan Arab.
Ketua Kopi Semawis, Harjanto Halim, menjelaskan, mereka hadir atas undangan Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) selaku penyelenggara Pasar Imlek Semawis.
"Gelaran jamuan Tok Panjang ini menandai Pasar Imlek Semawis yang pada tahun ini diadakan sangat sederhana, di Gang Warung, bersamaan dengan kuliner Waroeng Semawis," kata Harjanto Halim, Kamis malam (8/2/2024).
Ketua Harian Perserikatan Organisasi Indonesia Tionghoa (Porinti) Semarang, Yoga Pangemanan, mengapresiasi gelaran Tok Panjang Imlek ini.
Menurut Yoga, hal ini membuktikan Kota Semarang adalah kota nomor 5 paling toleran di Indonesia. "Kota Semarang adalah kota paling toleran kelima di Indonesia setelah Singkawang, Bekasi, Manado, dan Salatiga," kata Yoga.
Yoga menjelaskan, Porinti Semarang yang terdiri dari gabungan 8 organisasi Tionghoa, merasa bangga bahwa kehidupan di Semarang begitu tenteram tidak ada gejolak berarti.
"Malah tidak ada gejolak sama sekali. Aman aman saja. Kita doakan agar ini bisa berjalan seterusnya," kata Yoga Pangemanan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Semarang, Wong Wiyarso Poespojoedho, hadir mewakili Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Wong mengatakan, Kota Semarang menjadi bukti bahwa toleransi dan akulturasi berjalan harmonis.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved