Indonesia harus mewaspadai ancaman secara nonmiliter yang bisa menghancurkan bangsa ini, baik secara cepat atau lambat. Ancaman nirmiliter itu, diklasifikasikan menjadi 8 kategori. Mulai dari terorisme, hingga infiltrasi budaya.
Demikian disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada pers, di Kantor Kementerian Pertahanan, di Jakarta, Senin (12/10). “Ada dua jenis ancaman bagi negara ini, sebagaimana sering saya katakan di dalam negeri ataupun luar negeri. Pertama yang sifatnya nyata secara militer dan kedua, tidak nyata atau belum nyata atau nirmiliter.”
Ryamizard menyebut, ancaman nirmiliter itu diklasifikasikan menjadi 8 kategori. Pertama, dari terorisme, yang menjadi musuh bersama semua bangsa. Indonesia telah berkali-kali menjadi sasaran jaringan teroris.
Kedua, bencana alam yang juga menjadi potensi ancaman tersendiri. Apalagi, Indonesia adalah wilayah rawan bencana karena berada di lingkar Cincin Api Pasifik, yang bisa dipastikan menjadi negara yang harus bisa menanggulangi bencana alam.
“Juga mencegah dampak lebih buruk. Itu sebabnya, dalam mengakusisi persenjataan dan sistem persenjataan harus bisa dikerahkan secara terintegrasi untuk keperluan itu,” ujar dia.
Menhan menyebut, rencana pembelian pesawat angkut berat dan wahana amfibi yang bisa dikerahkan untuk memobilisasi personel, juga mempertimbangkan penanggulangan bencana dan pengangkutan logistik terkait bencana. “Termasuk pesawat terbang amfibi,” kata dia.
Ancaman nirmiliter ketiga, adalah pelanggaran perbatasan negara. “Lihat saja yang terjadi di antara kedua Korea, kalau ada sedikit saja pelanggaran perbatasan negara, perang bisa terjadi. Jadi perbatasan negara ini masalah sangat serius.”
Ancaman lainnya, dari gerakan separatisme. “Walau telah semakin mengecil, namun tetap ada dan harus diwaspadai secara seksama sekaligus mencari cara untuk merangkul mereka.”
Penyebaran penyakit juga menjadi ancmaan nirmiliter bagi bangsa Indonesia. Di antara yang paling terkenal adalah wabah virus MERS, ebola dan flu burung.
Ancaman cyber, juga tidak kalah penting untuk diantisipasi. Ryamizard menyebut, sebagai negara terbuka, Indonesia sangat rawan atas potensi serangan cyber dari luar.
“Itu sebabnya akan dibentuk pasukan cyber yang terdiri dari warga negara potensial. Anak-anak muda yang berbakat dan ingin mengabdikan dirinya akan direkrut,” kata dia.
Ancaman selanjutnya adalah narkoba. Di Indonesia, narkoba telah menciptakan angka pecandu sampai 4,5 juta orang dengan 1,5 juta di antaranya sudah sukar direhabilitasi. “Itu angka 2 bulan lalu, sekarang mungkin sudah lebih banyak lagi,” kata dia.
Yang terakhir adalah infiltasi budaya dan nilai-nilai, yang disebut Menhan telah masuk secara perlahan, sistematis, dan terprogram. “Mereka masuk sedikit dulu, lalu menyebar. Targetnya jelas, bangsa ini hancur atau paling tidak menjadi lebih lemah,” tandas Ryamizard.
© Copyright 2024, All Rights Reserved