Gempa beruntun yang melanda kawasan timur Indonesia, kemarin, memakan korban. Awaluddin, warga Mamuju Utara, Sulawesi Barat (Sulbar), tewas tertimpa reruntuhan tembok rumahnya. Ia meninggal sejam setelah gempa itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju Utara, Yunus Alsam kepada pers, Kamis (17/06) mengatakan, gempa Rabu pagi di wilayah itu, juga mengakibatkan delapan orang lainnya terluka. Empat korban menderita luka berat dan mendapat perawatan di Rumah Sakit Mamuju dan empat lainnya luka ringan.
Selain menimbulkan korban jiwa, gempa juga merusak 78 rumah tinggal. Dari jumlah tersebut, 14 rumah roboh sampai rata dengan tanah, 22 rusak berat dan selebihnya rusak ringan. Sebuah bangunan mesjid dan sekolah dasar di sana, ikut roboh. Sedangkan kantor desa, kantor Polsek Baras, mengalami retak-retak.
Menurut Yunus, gempa bumi terasa di sejumlah wilayah Mamuju Utara. Di antaranya, di Kasano, Kecamatan Baras dan Desa Singgani, Kecamatan Lariang, sekitar 30 kilometer dari Pasangkayu, pusat Kabupaten Mamuju Utara.
"Warga sempat panik dan trauma saat terjadi gempa bumi. Mereka berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri," tutur Yunus.
Kepala Bagian Data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Makassar, Sujarwo menyebutkan, gempa bumi berkekuatan 5,3 skala richter yang mengguncang wilayah Sulawesi itu, terjadi pukul 08.52 Wita.
Pusat gempa berada pada 1,44 Lintang Selatan dan 119,25 Bujur Timur, atau sekitar 91 kilometer barat daya Palu, Sulawesi Tengah, dengan kedalaman 10 kilometer. Sujarwo mengatakan, itu termasuk dangkal. "Jika dilihat dari pusat gempa, lebih terasa di daerah Mamuju Utara."
Pemerintah setempat telah mengambil langkah-langkah terhadap hampir 100 Kepala Keluarga di daerah tersebut. Mereka sudah mendirikan tenda pengungsi, selain melokalisasi daerah gempa untuk mengumpulkan pengungsi di satu tempat.
Pemerintah setempat juga telah menerima bantuan aktifitas kesehatan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. Sejumlah tenaga kesehatan dan obat-obatan sudah diterjunkan ke pusat gempa, untuk menolong masyarakat.
6 Gempa Bumi
Dalam rentang waktu hampir 12 jam, kemarin, terjadi 6 kali gempa bumi di wilayah timur Indonesia. Mengutip data yang ada, Erick Ridzky, Pembantu Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bansos dan Bencana menyebutkan, rentetan peristiwa gempa terjadi di sejumlah wilayah.
Di antaranya, di Saumlaki, Maluku, berkekuatan 5,0 SR, pukul 00.22 WIB. Gempa kembali terulang di Saumlaki, Maluku, dengan kekuatan 5,5 SR, jam 07.04 WIB. Gempa juga melanda Palu, Sulteng, berkekuatan 5,3 SR, jam 07.52 WIB. Lalu, di Biak, Papua, 6,2 SR, jam 10.06 WIB.
Gempa susulan mengguncang Biak, dengan kekuatan lebih besar, sampai 7,1 SR pada jam 10.16 WIB dan 10.38 WIB dengan kekuatan 5,3 SR. Posisi Indonesia di pertemuan dua lempeng tektonik Australia dan Asia sangat rawan, karena lempeng-lempeng itu aktif dan dinamis, terus bergerak. Ini yang mengakibatkan terjadinya gempa.
Menurut Erick Ridzky, ini gejala intensitas tinggi, pelepasan regangan dan energi potensial. Akibatnya, kata alumni ITB ini, terjadi subduksi di wilayah zona patahan aktif pertemuan plate pasific dan plate eurasia.
“Yang perlu kita waspadai, intensitas rendah namun dengan magnitudo besar, dengan kedalaman kurang dari 50 Km. Bagian barat sumatera memiliki potensi ini,” tegas Erick Ridzky kepada Politikindonesia.com.
Menurut catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, ada 28 wilayah di Indonesia rawan gempa dan tsunami. Di antaranya Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat.
Lainnya, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng dan DIY bagian Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT. Kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel. Lalu, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan, Kaltim.
© Copyright 2024, All Rights Reserved