Presiden Mesir Mohammed Mursi menolak kemungkinan untuk melakukan perundingan dengan para penculik 7 aparat keamanan di Semenanjung Sinai, pekan lalu. Mursi menyatakan, tidak ada ruang untuk berdialog dengan para kriminal.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah munculnya sebuah video yang memperlihatkan 3 polisi dan 4 tentara yang diculik meminta agar dibebaskan. Dalam video yang diterbitkan di internet, ketujuh sandera terlihat dengan mata ditutup dan kedua tangan memegang kepala. Salah seorang sandera meminta agar Presiden Mursi menyelamatkan mereka dengan membebaskan tahanan politik. Ketujuh aparat keamanan Mesir diculik ketika sedang dalam perjalanan di dekat Kota El Arish, Sinai.
Lewat pesan Twitter yang ditulis setelah pertemuan dengan para politisi senior, Minggu (19/05), Mursi mengatakan, “semua opsi yang tersedia untuk membebaskan sandera, namun pemerintah Mesir tidak akan tunduk atas ancaman. “Tidak ada dialog dengan penjahat. Kami takkan jadi korban pemerasan.”
Mursi menegaskan perlunya pembangunan sosial dan ekonomi menyeluruh di Sinai, sebagai salah satu cara memerangi fanatisme yang berkembang di semenanjung itu.
Identitas para penculik yang menuntut pembebasan sejumlah tahanan politik itu penculik masih belum jelas. Namun pelaku penculikan ini diduga kelompok militan Islam yang kerap beroperasi di Sinai.
Kawasan Semenanjung Sinai menjadi marak dengan kekerasan sejak tergulingnya Presiden Husni Mubarak pada tahun 2011 akibat unjuk rasa massal. Awal Agustus 2012, sekelompok pria bersenjata yang mengenakan topeng menembaki polisi dengan senapan maupun granat roket dan menewaskan belasan polisi.
Pemerintah Mesir kemudian menggelar operasi militer besar-besaran dengan dukungan tank dan persenjataan berat. Sedikitnya 11 militan tewas dalam operasi tersebut. Kelompok militan juga sering menggunakan kawasan Sinai utara -yang lemah pengamanannya- untuk melakukan serangan ke Israel.
© Copyright 2024, All Rights Reserved