Amerika Serikat (AS) mengingatkan kemungkinan aksi teroris baru untuk menyerang orang atau kepentingan negara itu di Indonesia.
Peringatan itu dikeluarkan menyusul ledakan bom di Hotel JW Marriott, Jakarta, Selasa (5/8) lalu, yang menewaskan 10 orang dan melukai 146 orang lainnya. Hotel Marriott merupakan jaringan hotel dari AS dan dikenal sebagai tempat berkumpul orang-orang Amerika dan Barat lainnya.
"Pemerintah AS yakin, para ekstrimis mungkin sedang menyusun rencana baru untuk menyerang kepentingan Amerika di Indonesia, terutama fasilitas-fasilitas pemerintah AS," demikian bunyi travel warning yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri negara itu, Jumat (8/8).
Peringatan itu mengatakan, karena keamanan telah diperketat di tempat-tempat yang selama ini diduga menjadi sasaran, para teroris dapat saja menyerang target yang lebih empuk (softer), seperti lokasi di mana orang-orang Amerika atau Barat lainnya tinggal.
Hotel, restoran, nigthclub, sekolah dan tempat-tempat ibadah disebut sebagai tempat-tempat yang mungkin menjadi sasaran. Travel warning itu mengulang peringatan sebelumnya yang meminta orang-orang Amerika menunda atau membatalkan kunjungan yang tidak penting ke Indonesia.
Sementara itu di dalam negeri, Asmar Latin Sani (28), korban tewas di lokasi ledakan bom di Hotel JW Marriott, pernah memiliki bahan peledak (Handak) sebanyak 50 kilogram. Polisi masih terus mencari bahan peledak tersebut termasuk sebuah mobil yang digunakan membawanya.
Demikian penjelasan Kepala Bagian Humas Polda Bengkulu Komisaris (Pol) Dedy Jumadi, Sabtu, di Bengkulu seperti dilansir Kompas Cyber Media. Kepala tanpa tubuh milik Asmar, lelaki kelahiran Padang yang tinggal di Bengkulu, ditemukan di lokasi ledakan bom di Hotel JW Marriott.
Menurut Jumadi, bahan peledak itu dibawa Muhammad Rais dari Palembang sekitar Februari 2003 dan disimpan di rumah Asmar di Bengkulu sampai Maret 2003. Rais dan Sardono Siliwangi adalah tersangka peledakan bom di Medan dan Pekanbaru.
"Menurut keterangan Rais dan Sardono yang kini ditahan di Mapolda Bengkulu, Asmar kemudian membawa bahan peledak itu," kata Dedy Jumadi.
Asmar dikabarkan sebagai warga Bengkulu yang beralamat di Jalan Nuzirwan Zainul No 1 Kampung Bali, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Dugaan itu, berdasarkan sebuah Kartu Tanda Penduduk (KTP) tahun 1987.
Namun menurut Jumadi, ketika dicek ke alamat tersebut, ternyata, Asmar tidak dikenal warga sekitarnya dan bahkan nomor rumahnya pun tak ada.
Sarwan, warga Kampung Bali mengaku, di jalan Nuzirwan Zainul, Bengkulu, tidak ada di bawah 100, jadi sangat dimungkinkan alamat yang tertera pada KTP tidak benar.
© Copyright 2024, All Rights Reserved