Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga pembalikan arus modal yang berasal dari penjualan surat utang negara (SUN) oleh asing. Rasio kepemilihan SUN oleh asing cukup tinggi dibandingkan dengan beberapa negara kawasan. Pembalikan arus modal dapat mempengaruhi pelemahan rupiah.
Data yang dilansir BI, hingga 6 September 2012 lalu, kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp234,84 triliun. Jumlah itu mencapai 27,96 persen dari total SBN sebesar Rp839,9 triliun.
“Kami menyadari kerentanan yang akan ditimbulkan dari besarnya kepemilikan asing pada SBN tersebut terhadap stabilitas nilai tukar,” kata Gubernur BI Darmin Nasution saat Rapat Kerja Pembahasan RAPBN 2013 di Komisi XI DPR Jakarta, Senin (10/09).
Dijelaskan Darmin, langkah rutin yang dilakukan BI adalah memonitor secara intensif terhadap perilaku investor asing, khususnya yang melakukan investasi di pasar SBN.
Pada September 2012, saat nilai tukar rupiah mengalami tekanan karena pembalikan modal dari SBN, BI menempuh strategi baru dalam menjaga stabilitas nilai tukar yaitu dengan melakukan intervensi secara simultan di pasar valuta asing dan pasar SBN. “Dengan terjaganya stabilitas harga SBN dapat mencegah terjadinya pembalikan modal yang lebih besar,” ujar dia.
Selain itu, BI juga terus meningkatkan ratio kepemilikan BI atas SBN yang akan digunakan sebagai instrumen moneter. Sejak September 2011 hingga September 2012, kepemilikan SBI oleh BI meningkat dari Rp47,9 triliun menjadi Rp82,4 triliun.
Di sisi lain, penggunaan SBN sebagai instrumen moneter dalam transaksi repo meningkat dari Rp30,9 triliun menjadi Rp62,2 triliun pada September 2012.
BI juga terus menjaga kepercayaan investor domestik terhadap pasar obligasi domestik. “Penguatan basis investor domestik sangat penting untuk pendalaman pasar keuangan dan stabilitas nilai tukar,” terang dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved