Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mengatakan, KPK akan menerbitkan Daftar Pencarian Orang (DPO) terhadap Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor.
Langkah itu dilakukan jika Sahbirin Nooe tidak hadir ke Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada Kav 4, Setiabudi, Jakarta Selatan.
KPK akan melakukan prosedur pemanggilan terhadap Sahbirin Noor yang lolos terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK.
"Nanti kami akan lakukan prosedur pemanggilan," kata Nurul Ghufron Rabu (9/10/2024).
Menurut Ghifron, jika tidak hadir dari panggilan tim penyidik kata Ghufron, maka tim penyidik akan kembali memanggil Sahbirin. "Jika tidak hadir lagi maka akan kami DPO-kan, itu hanya soal prosedur," kata Ghufron.
Petugas KPK melakukan kegiatan OTT di wilayah Provinsi Kalsel sejak Minggu (6/10/2024) dini hari. Sebanyak 17 orang diamankan dalam kegiatan itu.
Dari hasil pemeriksaan dan sesuai alat bukti, KPK menetapkan 7 orang sebagai tersangka, yakni Sahbirin Noor selaku Gubernur Kalsel, Ahmad Solhan selaku Kepala Dinas PUPR Pemprov Kalsel, Yulianti Erlynah selaku Kepala Bidang Cipta Karya sekaligus pejabat pembuat komitmen (PPK).
Selanjutnya, Ahmad selaku pengurus rumah Tahfiz Darussalam sekaligus pengepul uang, Agustya Febry Andrean selaku Plt Kepala Bagian Rumah Tangga Gubernur Kalsel, Sugeng Wahyudi selaku swasta, dan Andi Susanto selaku swasta.
KPK resmi menahan 6 tersangka, Senin (7/101/2024). Sedangkan 1 tersangka lainnya, yakni Sahbirin Noor lolos dari OTT KPK.
KPK dalam OTT itu berhasil mengamankan barang bukti berupa uang Rp12.113.160.000 (Rp12,1 miliar) dan 500 dolar AS yang merupakan bagian dari fee 5 persen untuk Sahbirin terkait pekerjaan lainnya di Dinas PUPR Pemprov Kalsel.
Dalam perkaranya, tersangka Wahyudi dan Andi mendapatkan 3 paket pekerjaan di Dinas PUPR Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel pada 2024, yakni paket pekerjaan pembangunan lapangan sepakbola di kawasan olahraga terintegrasi Provinsi Kalsel dengan penyedia terpilih PT Wiswani Kharya Mandiri (WKM) dengan nilai pekerjaan Rp23.248.949.136 (Rp23,24 miliar), pembangunan Samsat Terpadu dengan penyedia terpilih PT Haryadi Indo Utama (HIU) dengan nilai pekerjaan Rp22.268.020.250 (Rp22,26 miliar), dan pembangunan kolam renang di kawasan olahraga terintegrasi Provinsi Kalsel dengan penyedia terpilih CV Bangun Banua Bersama (BBB) dengan nilai pekerjaan Rp9.178.205.930 (Rp9,17 miliar).
Dalam prosesnya, juga ada rekayasa pengadaan yang dilakukan agar tersangka Wahyudi bersama tersangka Andi terpilih sebagai penyedia paket pekerjaan tersebut adalah, pembocoran HPS dan kualifikasi perusahaan yang disyaratkan pada lelang.
Kemudian, rekayasa proses pemilihan e-katalog agar hanya perusahaan Wahyudi bersama Andi yang dapat melakukan penawaran, konsultan perencana terafiliasi dengan tersangka Wahyudi, dan pelaksanaan pekerjaan sudah dikerjakan lebih dulu sebelum berkontrak.
Terdapat fee sebesar 2,5% untuk pejabat pembuat komitmen (PPK) dan 5% untuk Sahbirin. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved