PT Bisi Internasional Tbk mengklaim menguasai 50 persen pasar benih jagung dalam negeri. Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi benih jagung sekitar 70-80 ribu ton. Sementara kebutuhan benih nasional mencapai 105 ribu ton/tahun.
Manager Pemasaran Wilayah Barat PT Bisi, Hari Prabowo mengatakan, produksi perusahaannya, sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan benih jagung pada Upaya Khusus (Upsus). Sisanya, masuk pasar bebas.
Hari menyebut, dengan luas areal tanaman jagung nasional saat ini yang mencapai sekitar 7 juta ha, kebutuhan benih nasional masih sangat tinggi.
“Ini mengindikasikan bahwa bisnis benih jagung masih menjanjikan. Apalagi peran pemerintah belum maksimal dalam mengelola produksi benih pertanian untuk memenuhi kebutuhan nasional. Pemerintah hanya memberikan pasokan benih sebesar 20 persen dari kebutuhan nasional,” ujar dia kepada politikindonesia.com disela pemilihan Ketua Forwatan Periode 2018-2023, di Kantor Kementerian Pertanian Jakarta, Kamis (03/05).
Hari menyebut, pada semester I-2017, perusahaannya mengantongi laba berjalan sebesar Rp87,85 miliar. Angka itu mengalami penurunan 36,3 persen dibandingkan periode sama 2016 yakni Rp138,03 miliar.
Penurunan laba ini disebabkan, beban pokok penjualan yang membengkak. Tercatat beban penjualan perusahaan di semester I-2017 sebesar Rp601,24 miliar atau lebih tinggi dari beban pokok 2016 yang sebesar Rp440,5 miliar.
“Karena penjualan kami masih mengandalkan produk benih jagung. Benih jagung menyumbangkan pendapatan sebesar Rp290,09 miliar, benih sayuran dan buah-buahan Rp141,1 miliar dan benih padi Rp8,37 miliar. Kami juga mengantongi pendapatan dari penjualan produk pestisida dan pupuk sebesar Rp409,6 miliar serta penjualan produk lain-lain sebesar Rp3,51 miliar,” paparnya.
Sementara itu, Marketing Eksekutif PT Bisi International Tbk wilayah Sumatera Selatan, Agus Purwanto menambahkan, saat ini pihaknya memiliki beberapa jenis benih jagung, seperti Bisi 2, Bisi 18, Bisi 22, Bisi 226 dan Bisi 228. Produktivitas rata-rata 12-13 ton/ha. Salah satunya, benih jagung Hibrida BISI-18 di lahan pasang surut di Sumatera Selatan mampu menghasilkan hingga 8,3 ton/ha. Padahal di daerah pasang surut ini biasanya mereka cuma mendapatkan 6,4 ton per ha jagung pipil kering.
“Petani pun semakin semakin antusias tanam jagung dari perusahaan kami karena hasilnya dari musim ke musim semakin meningkat. Hal ini membuktikan bahwa benih jagung kami, terutama Bisi-18 memang terbukti mempunyai produksi yang tinggi. Dengan keunggulan rendemen panennya yang bagus, mencapai 85 persen dan mempunyai kualitas hasil yang sangat baik,” ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan, data Badan Pusat Stastistik (BPS), produksi tahun 2016 sebesar 23 juta ton pipilan kering dan target luas tambah tanam jagung 2017 sebesar 700.000 ha sampai 1 juta ha. Apalagi, penjualan benih yang dilakukan pihaknya sebagian besar diberikan kepada petani jagung lewat kerjasama kemitraan. Kerjasama yang sudah dilakukan hingga saat ini seluas 30.000 ha, dengan luas lahan ditargetkan mencapai 100.000 ha pada tahun ini.
“Kami menjual benih jagung kepada petani binaan. Kami juga memberikan pendampingan selama proses penanaman. Kemudian, petani binaan baru membayar harga benih tersebut setelah petani panen jagung. Jadi, kemitraan dilakukan dengan memberikan modal awal. Hal ini diharapkan terus berkembang dan memudahkan petani meningkatkan produksi jagung nasional,” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved