Akbar Tandjung memang poitisi fenomenal. Di tengah kuatnya gempuran dan tekanan mundur terhadap dirinya dari proses pencalonan presiden melalui konvensi Partai Golkar, Ketua Umum Partai Golkar ini tetap teguh untuk maju terus. Mantan Ketua Umum PB HMI ini juga tegas menolak tekanan internal partainya untuk mundur dari jabatan ketua umum jika terus ngotot mengikuti konvensi.
"Apa alasan menyuruh saya mundur?" ujar Akbar setelah membuka Temu Nasional Ormas Karya Kekaryaan di Hotel Horison Bandung, kemarin.
Dikabarkan, sejak Akbar muncul dalam konvensi, suara internal partainya terbelah. Kelompok Fahmi Idris, Marwah Daud Ibrahim, dan Marzuki Darusman mendesak Akbar agar tidak ikut konvensi. Alasannya, keikutsertaan Akbar bisa merugikan partai.
Fahmi dkk bahkan memberikan pilihan, kalau ngotot ikut konvensi, Akbar harus mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Golkar.
Tapi, Akbar tak menggubris tekanan rekan-rekan separtainya itu. Malah, dia membantah penilaian bahwa keinginannya mengikuti konvensi bisa merugikan Golkar.
"Itu alasan dari mana? Saya perlu menanyakan, dari mana alasan itu?" katanya.
Menurut Akbar, alasan hukum bahwa dirinya menjadi terdakwa skandal Bulog Rp 40 miliar juga tak berdasar. Sebab, dia merasa tidak bersalah. "Soal hukum sudah saya serahkan sepenuhnya kepada MA."
Menurut dia, konvensi merupakan proses politik yang ada aturannya. Dalam konvensi itu, tidak ada aturan yang menghalangi dirinya sebagai terdakwa untuk maju. "Kita semua tentu berpegang pada aturan itu."
Menyangkut kekhawatiran konvensi akan berjalan tidak fair jika dirinya ikut pun, Akbar juga menyangkal. Mengapa? Dia sendiri juga belum percaya benar bahwa dirinya akan mendapatkan dukungan penuh. "Meski ketua umum, tak ada jaminan saya akan memperoleh dukungan luas," ujar ketua DPR tersebut.
Lantas, bagaimana dengan ancaman Nurcholish Madjid yang akan mengundurkan diri jika dia ngotot mengikuti konvensi? Akbar menegaskan, adalah hak Cak Nur untuk mengundurkan diri. Meski demikian, dia menyayangkan langkah Cak Nur itu. "Saya sendiri menyarankan agar Cak Nur tidak mundur."
Akbar meminta momentum keikutsertaannya dalam konvensi capres Golkar tidak dijadikan alasan Cak Nur untuk membatalkan mengikuti konvensi.
Menurut Akbar, semua harus menghormati siapa saja yang ikut konvensi, baik dari dalam maupun luar Golkar.
Semua pihak, lanjut Akbar, harus melihat esensi digelarnya konvensi itu. Yakni, memberikan kesempatan secara terbuka kepada siapa pun untuk menjadi capres dari Golkar. Meski UUD 1945 telah menggariskan bahwa capres harus berasal dari partai politik, Golkar membuka diri terhadap siapa saja yang berpotensi menjadi presiden.
Capres dari Golkar bisa berasal dari Golkar sendiri ataupun dari masyarakat, termasuk Cak Nur.
Mantan Mensesneg pada era Orde Baru itu menilai, Cak Nur memiliki potensi yang baik dan intelektualitas yang tinggi sebagai capres. Karena itu, dia menyayangkan jika akhirnya Cak Nur mengundurkan diri.
Senada dengan Akbar, Ketua DPP Golkar Agung Laksono tak yakin jika Cak Nur mengundurkan diri. Sebab, dia telah menunjukkan keseriusannya dengan mengambil formulir pendaftaran konvensi.
Selain itu, Cak Nur pasti akan berpikir ulang mengenai alasan mengundurkan diri. "Tak ada alasan yang membuat dia (Cak Nur, Red) harus mengundurkan diri," kata Agung usai pembukaan Temu Nasional Ormas Karya Kekaryaan di Bandung kemarin.
Agung sependapat, Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung juga tak perlu mengundurkan diri meskipun mengikuti konvensi. Sesuai kode etik konvensi, memang panitia konvensi dilarang mengikuti tim sukses dari capres mana pun. Mereka juga tidak boleh mencapreskan diri. "Karena Akbar bukan panitia konvensi, tak ada alasan harus mundur, karena memang tidak dilarang," tegasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved