Mundurnya Nurcholish Madjid (Cak Nur) dari konvensi Partai Golkar sangat mungkin karena mengetahui persis skenario subyektif partai tersebut, sehingga untuk tetap bisa maju sebagai calon presiden terpaksa akan memakai jalur lain. Demikian J Kristiadi, Pengamat Politik dari CSIS.
"Bisa jadi Cak Nur mengetahui agenda pelik Golkar yang sangat subjektif dan hanya untuk kepentingan Akbar Tandjung dan Golkar semata," kata J Kristiadi.
Cak Nur kemungkinan akan manggalang atau mendapat dukungan dari partai-partai kecil yang berkoalisi untuk memajukannya sebagai calon presiden. Dalam pandangan J Kristiadi, memang sangat tak mungkin Golkar menyerahkan kewenangan atau kekuasaanya ke orang lain yang bukan kadernya. Apalagi Cak Nur selama ini juga dikenal bersikap sangat kritis terhadap Golkar.
Dikatakan, kegiaan konvensi Golkar sebetulnya mudah dibaca publik dan siapa saja yang mencermati Golkar bahwa konvensi tidak lebih merupakan agenda taktis Golkar dan Akbar Tandjung.
Kritstiadi menjelaskan tiga alasan mengapa partai berlambang pohon beringin itu menggelar konvensi. Pertama adalah untuk mengalihkan perhatian publik dari serangan kepada ketua umumnya.
Alasan kedua, ujarnya, terciptanya desentralisasi keuangan yang membuat para calon ramai-ramai menyumbang dana ke Golkar. Ketiga konvensi juga bisa menggerakkan dinamika di tubuh Golkar sendiri. "Jadi, sekarang ini Golkar merupakan partai yang paling terkonsolidasi," ujarnya.
Dia menduga kuat, semua kandidat presiden yang mengikuti konvensi nantinya harus "berteriak" untuk Golkar dan memenangkannya. Selanjutnya, dengan lihai Golkar nantinya membuat para kandidat hanya sebagai orang nomor dua (calon Wapres) dan membuat Ketua Umumnya maju terus sebagai capres.
"Hal itu dimungkinkan bila pada akhirnya Akbar Tandjung nantinya dinyatakan bebas oleh keputusan Mahkamah Agung dari segala dakwaan penyelewengan dana Bulog. Ini merupakan kelihaian yang luar biasa," ujarnya.
Seperti diberitakan media-media di Jakarta, Nurcholish Madjid Rabu (30/7) malam di Jakarta secara resmi menyatakan urung ikut Konvensi Nasional Pemilihan Calon Presiden dari Partai Golkar.
Pertimbangan untuk mundur memang sudah lama dipikirkan karena dia melihat adanya kesenjangan nilai dan etika antara platform dan prinsip yang dipegangnya dengan kenyataan yang terjadi dalam praktik Konvensi Golkar. Kondisi ini semakin diperkuat dengan majunya Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung dalam konvensi.
Rabu siang di Medan, Sumatera Utara, sebenarnya Nurcholish telah mengatakan bahwa ia tidak akan mengembalikan formulir pencalonan dirinya sebagai kandidat calon presiden (capres) dari Partai Golkar. Padahal, tenggat pengembalian formulir adalah tanggal 7 Agustus 2003.
"Yang saya bayangkan tentang konvensi itu sepertinya tidak pas," kata Nurcholish di Medan.
Dalam jumpa pers di Jakarta, semalam, Nurcholish mengungkapkan permintaan maaf atas pengunduran dirinya itu. "Saya meminta maaf kepada teman- teman di Golkar yang selama ini sudah mendorong saya untuk ikut dalam konvensi," katanya.
Kalau terus ikut dalam konvensi dan justru menang, lanjut Nurcholish, hal itu justru akan menjadi cacat baginya. Agenda utama yang tercantum dalam platform Nurcholish-yaitu menciptakan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel-secara otomatis akan batal jika ia tetap meneruskan ikut konvensi.
"Soal Akbar mengambil formulir, ya, itu hanya the last hard proof (bukti kuat terakhir) yang akhirnya membenarkan hipotesis kami soal konvensi ini. Tetapi, yang paling jelas, ada kesenjangan etika antara kami dan konvensi," kata Nurcholish menambahkan.
Ia memperjelas persoalan kesenjangan etika yang dimaksudnya. "Saat kami menyampaikan visi dan misi, kami ditanya mana gizinya. Anda tahu lelucon gizi ini?" ucap Nurcholish bertanya.
Setelah didesak, akhirnya dia menjelaskan, yang dimaksud dengan "gizi" adalah uang. Saat menyampaikan visi dan misi di beberapa daerah, Nurcholish mengaku ditanya berapa besar uang yang bisa diberikan oleh dirinya.
"Ya sebenarnya bisa saja kami lakukan. Tetapi, kalau kami lakukan itu, berarti ini membatalkan agenda utama kami dalam platform, menciptakan good governance," paparnya.
Selain itu, Nurcholish mengatakan, ada klausul-klausul yang sengaja tidak diberitahukan panitia konvensi kepada peserta konvensi. Klausul itu baru diketahui Nurcholish belakangan. Klausul tersebut menyebutkan, jika ada masalah dalam konvensi, rapat pimpinan Partai Golkar yang akan memutuskan terakhir.
Hal itu, menurut Nurcholish, bertentangan dengan konsep konvensi. Ia mencontohkan di Amerika Serikat, konvensi merupakan suatu mekanisme penjaringan peserta pemilu melalui proses dari bawah secara terbuka dan demokratis. Pengurus partai tidak bisa ikut di dalam konvensi karena akan menimbulkan insider trading.
"Semula kami berharap tidak terjadi. Ternyata terjadi juga. Hal ini membuat konvensi menjadi tidak fair," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved