Masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan langka dan mahalnya harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional di Jabodetabek dan Bandung. Masih ada sumber protein lainnya, yaitu ikan. Ikan segar pun layak dipertimbangkan menjadi sumber protein hewani dan bisa dikonsumsi sebagai pengganti daging sapi.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir soal daging sapi yang langka dan mahal. Karena masih ada komoditas ikan segar yang bisa menjadi sumber protein. Kandungan protein ikan lebih tinggi daripada daging sapi. Bahkan, ikan segar tersebut tak perlu diimpor seperti daging sapi. Ikan segar bisa di dapat dari perairan Indonesia yang luas.
"Indonesia merupakan negara perairan, otomatis banyak ikan yang bisa dihasilkan. Oleh karena itu, masyarakat bisa segera beralih ke ikan," kata Susi kepada politikindonesia.com di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Selasa (11/08).
Menurutnya, ikan segar sama seperti daging sapi memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Selain itu ikan juga memiliki zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh manusia, seperti mengandung omega dan rendah kolesterol. Bahkan, harga ikan segar juga terbilang stabil dan tidak mengalami kenaikan seperti yang dialami daging sapi.
"Murahnya harga ikan segar karena karena kami gencar memberantas praktik illegal fishing. Sehingga tangkapan ikan nelayan meningkat pesat. Harga ikan pun menjadi lebih murah dan lebih sehat," ujarnya.
Dijelaskan, adapun kandungn zat Omega 3 pada ikan yang dihitung seperti Mg/100 gram bahan baku. Selain itu, ikan segar menduduki peringkat pertama dengan angka 210 Mg/100 gram bahan baku. Disusul tiram 150 Mg/100 gram bahan baku, udang 120 Mg/100 gram, dan lobster 105 Mg/100 gram bahan baku. Sedangkan daging sapi menyusul kemudian dengan angka hanya 22 Mg/100 gram bahan baku. Disusul berturut-turut daging ayam 19 Mg/100 gram bahan baku dan daging kambing 18 Mg/100 gram bahan baku," paparnya.
"Ikan segar menduduki peringkat tertinggi kebutuhan protein hewan di dalam negeri dengan angka 57,2 persen. Disusul daging sapi 19,6 persen serta telur dan susu 23,2 persen. Secara rata-rata kebutuhan protein hewan masyarakat Indonesia mencapai 31,7 persen jauh lebih rendah dibandingkan protein nabati yang mencapai 68,3 persen," ungkapnya.
Sementara itu, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP, Saut P. Hutagalung menambahkan, ikan segar bisa menjadi alternatif pengganti daging sapi, salah satunya adalah ikan sidat alias belut. Di Indonesia terdapat tiga jenis ikan belut, yaitu belut sawah (Monopterus albus zuieuw), rawa belut (Synbranchus bengalensis Mc. Clell), dan belut bermata sangat kecil (Macrotema caligans). Belut sawah merupakan jenis paling dikenal di Indonesia, sedangkan belut rawa keberadaannya terbatas sehingga kurang dikenal.
"Dilihat dari komposisi gizi, belut mempunyai nilai energi yang relatif tinggi, yaitu 303 kilokalori (kkal) per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162 kkal per 100 gram tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 gram). Selain itu, nilai protein pada belut (18,4 gram/100 gram daging) setara dengan protein daging sapi (18,8 gram/100 gram), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 gram/100 gram)," paparnya.
Saut mengungkapkan, seperti jenis ikan lainnya, daya cerna protein dalam belut juga sangat tinggi. Sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga lansia. Selain itu, ikan belut juga mengandung leusin yang berguna untuk pembentukan protein otot. Asam glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat untuk membantu kerja neurotransmitter. Tingginya kadar asam glutamat dalam belut belut membuat rasanya enak dan gurih.
"Dalam proses memasaknya, ikan belut tidak perlu ditambahkan penyedap rasa dalam bentuk monosodium glutamat (MSG). Kandungan arginin (asam amino nonesensial) pada belut dapat mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia yang populer dikenal sebagai hormon pertumbuhan manusia (HGH). HGH ini yang akan membantu meningkatkan otot dan mengurangi penumpukan lemak di tubuh. Hasil tes laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin fungsi menghambat pertumbuhan sel kanker payudara," tutur Saut.
Kata Saut lagi, belut juga kaya zat besi nilainya 20 mg/100 gram, jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8 mg/100 gram). Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang.
"Belum lagi kandungan vitamin A, vitamin B dan vitamin D. Meskipun memilik kandungan nilai tinggi, gizi lemak dalam belut juga cukup tinggi, mencapai 27 gram per 100 gram. Lebih tinggi dari lemak dalam telur (11,5 gram/100 gram) dan daging sapi (14,0 gram/100 gram)," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved