Empat tokoh kelompok teroris ASEAN yang diduga terlibat kasus bom Bali dan otak aksi peledakan bom di Hotel JW Marriot Jakarta diperkirakan sudah kabur ke luar negeri atau bersembunyi di negara tempat jaringan kelompok itu berada.
Keempat tokoh itu ialah Dr Azahari, Dulmatin, Hambali, dan Tohir. Mereka dicurigai sebagai aktor intelektual di balik pengeboman di Bali dan Jakarta tersebut.
Tempat persembunyian keempat teroris tersebut menjadi sasaran utama operasi pengejaran Polri. Mereka telah dimasukkan dalam daftar pencarian orang-orang berbahaya oleh kepolisian sejumlah negara ASEAN.
Seperti ditulis Suara Pembaruan, sumber di Mabes Polri dalam penjelasannya di Jakarta, Rabu (13/8), tidak secara spesifik menyebut negara tempat empat tokoh teroris itu bersembunyi. Mereka diduga kabur untuk bersembunyi. Cara itu sekaligus merupakan taktik mereka.
Disebutkan lebih jauh, kecil kemungkinan empat tokoh itu bersembunyi di Indonesia. Identitas dan sketsa wajah mereka sudah disebarkan secara meluas ke masyarakat.
Dua dari empat orang tersebut, yaitu Hambali dan Azahari juga diyakini kecil kemungkinan berada di Malaysia atau Singapura. Jatidiri mereka juga sudah lama disebarluaskan di seluruh penjuru dua negeri jiran tersebut.
Azahari adalah alumni Fakultas Statistik Universitas United Kingdom. Dia sempat menjadi dosen pada sebuah perguruan tinggi di Malaysia. Sedangkan Hambali pernah tinggal di kawasan Lot 156 Kampung Sungai Selangor, Malaysia.
Sementara itu, Dulmatin dan Tohir berdasarkan hasil penyelidikan Polri, disebut-sebut termasuk pelaku penting dalam kelompok pengebom itu. Kedua pria ini dikenal sebagai perakit bom dan pembaca situasi yang andal.
Polri bekerja sama dengan polisi Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Australia. Selain itu juga ikut serta anggota Biro Penyelidik Federal AS atau lebih dikenal dengan FBI.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Pol Erwin Mappaseng mengaku belum tahu adanya informasi bahwa Asmar Latin Sani (28) dengan Dulmatin (32) yang diduga perakit bom Bali sempat bertemu sebelum pengeboman Hotel JW Marriott, Selasa (5/8).
"Kami belum tahu soal pertemuan itu, dan masukan ini tentu membantu kami untuk melengkapi hasil penyelidikan," kata Erwin di Jakarta, Selasa (12/8).
Ketika menjelaskan perkembangan hasil penyelidikan tersebut Erwin didampingi Kepala Pusat Laboratorium Forensik (Kapuslabfor) Mabes Polri Brigjen Pol Dudon Syahputra, Kepala Direktorat Kesehatan Mabes Polri Brigjen Pol Eddy S dan Kepala Dinas Penerangan Umum (Kadispenum) Mabes Polri Kombes Pol Zaenuri Lubis.
Menurut Erwin, tim penyelidik siap menerima masukan masyarakat berkaitan dengan bom Marriott. Tim juga terus meminta keterangan sejumlah saksi dan mendata nama-nama yang patut diperiksa.
Dari Bengkulu diperoleh keterangan keluarga Asmar Latin Sani siap menerima apa pun keputusan Mabes Polri atas hasil tes DNA. Hasil pemeriksaan menunjukkan potongan kepala di Hotel JW Marriott adalah milik Asmar.
"Semua masalah ini kami serahkan sepenuhnya kepada Polisi. Kami hanya berharap kepada semua pihak jangan langsung memvonis bahwa pelaku peledakaan bom di Hotel JW Marriott itu adalah anaknya saya, Asmar Latin Sani," kata Abdul Wahid (60), ayah kandung Asmar. Dia dihubungi di rumahnhya, di Kota Bengkulu, Selasa (12/8) pagi.
Ia menambahkan, keluarga Asmar di Bengkulu belum mendapat laporan resmi hasil tes DNA tersebut. "Jika potongan kepala yang ditemukan di lantai lima Hotel JW Marriott itu adalah anak saya, kami sekeluarga ikhlas menerimanya. Demikian pula jika polisi mengatakan pelaku peledakan bom itu Asmar Latin Sani, kami juga menerimanya dengan lapangan dada," katanya.
Sejauh ini pihak keluarga Asmar belum yakin betul bahwa pelaku peledakkan bom di Hotel JW Marriott 5 Agustus lalu adalah Asmar Latin Sani. Berdasarkan penampilan dan perbuatannya sehari-hari, mereka meyakini tidak mungkin dia melakukan perbuatan sekejam itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved