Pemerintah mengakui arus modal (capital inflow) yang masuk ke dalam negeri saat ini, mengalami stagnasi. Kondisi ini menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah semakin berat. Pemerintah dan Bank Indonesia tengah mencari cara untuk menstabilkan pasar uang nasional menyusul depresiasi rupiah yang semakin dalam.
"Memang situasinya adalah capital inflow-nya betul-betul sangat, boleh dibilang tidak ada (yang masuk). Oleh karena itu, ya jelas tekanan ke rupiahnya datang lagi," terang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, kepada pers usai mengikuti rapat koordinasi di kantor BI, Jakarta, Rabu (19/08).
Dijelaskan Darmin, rapat koordinasi antara pemerintah dan BI ini, merupakan respon atas kondisi tersebut. Rapat yang melibatkan pejabat BIdan sejumlah menteri ekonomi itu lebih banyak berkutat membahas isu-isu soal keuangan dan kebijakan moneter.
"Rapat koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah tentu saja membahas situasi (ekonomi), terutama karena yang presentasi BI pasti yang dibahas adalah moneter dan keuangan," katanya.
Terkait hasil pembahasan dan solusi yang akan diambil pemerintah untuk mengatasi tekanan terhadap rupiah ini, Darmin mengatakan, belum disimpulkan. "Solusinya harus dicari jalannya. Masih dibahas solusinya," ujar Darmin.
Sekedar informasi, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat total obligasi negara yang diperdagangkan di pasar uang per 13 Agustus 2015 mencapai Rp1.380 triliun. Dari total surat utang itu, investor asing menguasai 39,03 persen atau sebesar Rp 539,48 triliun.
Jumlah modal asing yang terparkir di pasar obligasi negara relatif tidak banyak berubah dari posisi awal bulan ini, di mana pada 3 Agustus 2015 tercatat sebesar Rp 533,1 triliun.
© Copyright 2024, All Rights Reserved