Penemuan sebuah kardus berisi mayat seorang anak perempuan di Kalideres, Jakarta Barat, kembali menyentak perhatian publik. Kekerasan terhadap anak seperti tak ada habisnya. Kasus pembunuhan Angeline, penelantaran anak di berbagai daerah, dan yang terakhir ini menunjukkan kondisi kekerasan terhadap anak sudah pada tingkat yang akut.
Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Desy Ratnasari mengatakan, penemuan bocah perempuan, PNF, yang menjadi korban penganiayaan dan pembunuhan mengejutkan dan menimbulkan ketakutan para orang tua, yang memiliki anak kecil.
“Kejadian ini menunjukkan kekerasan terhadap anak di Indonesia sudah mencapai pada kondisi yang darurat akut,” ujar politisi perempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu kepada politikindonesia.com di Gedung DPR, Jakarta, Senin (05/10).
Artis yang terkenal dengan lagu "Tenda Biru" itu mengaku sangat prihatin atas berulangnya kejadian kekerasan terhadap anak. Ia mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan segera penangkap pelaku pembunuhan keji itu. Pelakunya harus mendapat ganjaran hukum yang setimpal.
“Peristiwa ini sudah merusak peradaban manusia. Seolah-olah nyawa manusia itu tidak ada harganya. Apalagi dengan keji, pelaku melakukan kejahatan itu terhadap anak-anak," ujar dia.
Kepada Elva Setyaningrum, lulusan pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini memberikan tanggapan atas tewasnya bocah perempuan malang itu. Perempuan kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 12 Desember 1973 ini, menyarankan sejumlah langkah preventif agar kekerasan terhadap anak dapat diminimalisir. Berikut petikan wawancaranya.
Penemuan mayat anak perempuan dalam kardus, menghebohkan publik. Apa tangapan Anda?
Kekerasan dan pembunuhan ini, menggambarkan, situasi ibukota yang kian keras, dan bukan tempat yang aman bagi anak. Orangtua harus lebih ekstra dalam mengawasi dan menjaga anak mereka. Jangan biarkan anak bermain bebas tanpa pengawasan dari keluarga, kerabat atau lingkungan dekatnya.
Kasus ini terjadi di ibukota. Sebelumnya, kasus serupa juga mencuat di berbagai daerah?
Saya melihat kekerasan anak yang terjadi saat ini semakin mengerikan. Bahkan, jumlahnya kian hari pun terus mengalami peningkatan. Lebih dari 21 juta kasus. Terus terang, saya miris melihatnya. Anak-anak seperti tidak aman tinggal di rumahnya sendiri.
Semua kasus itu memerlukan penanganan yang serius. Intinya ada pada keluarga. Kehidupan sehari-hari anak-anak itu ada di keluarga. Oleh sebab itu semua keluarga harus mau berkomitmen menjaga dan melindungi anak-anak.
Bagaimana dengan peran pemerintah daerah?
Pemerintah daerah harus ikut bertanggung jawab, sehingga kekerasan terhadap anak tidak terjadi kembali. Terkait kasus terakhir, Pemprov DKI Jakarta, harus mampu menciptakan lingkungan yang ramah anak dan bisa membuat warganya lebih humanis. Jangan membiarkan warganya hanya sibuk memperjuangkan kehidupan ekonomi dengan mengabaikan kebutuhan spiritual keluarganya.
Salah satunya, Pemprov bisa bertindak dengan mempercepat dan memperbanyak ruang publik terpadu ramah anak dengan masif untuk membangun jaring sosial antar warga. Selain itu, menggalang solidaritas warga Jakarta agar lebih memperhatikan keamanan anak-anak.
Dalam pandangan anda, apa latar dibalik peristiwa keji ini?
Jujur, hingga saat ini saya belum mengetahui secara pasti motif si pelaku. Lagi pula, pihak kepolisian juga belum bisa memecahkan misteri pembunuhan ini.
Tapi yang jelas, segala hal perilaku terjadi pasti di dorong oleh motivasi seseorang. Sisi kejiwaan dari pelaku pembunuhan itu juga harus didalami untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menggerakan untuk melakukan tindakan biadap seperti itu.
Ada banyak hal yang mendorong pelaku melakukan kejahatan untuk membunuh secara sadis. Bisa jadi peristiwa ini terjadi karena dorongan seksual, seperti kelainan atau tidak mempunyai pekerjaan.
Bagaimana menjaga anak-anak agar tidak menjadi korban berikutnya?
Segala perilaku yang aneh dan menyimpang itu bisa diminimalisir dengan adanya kewaspadaan dan pendidikan dari orangtua. Jadi, yang harus dikuatkan terlebih dahulu adalah institusi keluarga. Keberadaan ibu dan ayah harus betul-betul bisa memberikan pendidikan mental, sosial kepada anak-anak.
Apa saran Anda, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi?
Negara harus menerapkan secara penuh Undang-undang (UU) Perlindungan Anak yang sudah diberlakukan. Pemerintah harus segera membuat petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dengan peraturan sebagai pedoman pengaplikasian UU Perlindungan Anak tersebut.
Satu hal yang terpenting, adalah sikap konsisten dari pemerintah untuk secara terus-menerus menegakkan dan meenerapkan aturan itu.
Kami di DPR siap membantu dalam meminimalisir kasus-kasus kekerasan anak yang terjadi. Sehingga lingkungan yang aman, anak-anak bisa hidup aman dan tidak menjadi korban kekerasan.
Bagaimana kesadaran masyarakat untuk melindungi anak-anak?
Sebenarnya kesadaran melindungi anak-anak bukan hanya kesadaran dari orangtuanya saja, tapi juga masyarakat. Memang, utamanya ada ditangan orangtua. Karena orangtua merupakan awal ketahanan sebuah keluarga, awal perlindungan yang bisa diberikan kepada anak agar orangtua menjaga anak sehingga tidak jadi korban kekerasan bahkan pembunuhan.
Tapi, masyarakat di lingkungan sekitar juga bisa berperan bersama. Peran serta Karang Taruna dan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskmaling) bersama, saya yakin akan sangat diperlukan untuk membantu menjaga keamanan warga.
© Copyright 2024, All Rights Reserved