Nilai kurs dolar Amerika Serikat (AS) turun ke titik terendah dalam tujuh pekan terhadap sejumlah mata uang dunia pada Senin waktu AS atau Selasa pagi (24/01) WIB.
Anjloknya dolar AS akibat karena pelaku pasar prihatin terhadap awal pemerintahan Presiden Donald Trump yang sejauh ini diguncang gelombang demonstrasi, pidato soal proteksionis di bidang perdagangan dan rangkaian respons negatif masyarakat di sosial media Twitter.
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia anjlok 0,6 persen menjadi 100,16. Penurunan itu mulai amblasnya nilai dolar AS sebesar 1,4 persen terhadap yen Jepang menjadi 113,01 yen per dolar AS. Anjloknya dolar AS terhadap yen ini adalah yang terbesar dalam dua pekan terakhir.
"Ada kegelisahan besar setelah pidato Trump yang sangat agresif, merkantilis yang kebanyakan fokus kepada proteksionis," kata Kepala Strategi Valuta Asing Saxo Bank di Copenhagen, John Hardy dilansir Reuters.
Portofolio modal beralih mengalir ke yen akibat ketidakmenentuan politik AS itu sehingga mata uang Jepang tersebut menguat dua sesi berturut-turut terhadap dolar AS. Sejak awal tahun ini yen telah menguat tiga persen.
Pesan soal "Amerika yang utama" dari Trump telah diikuti oleh demonstrasi terkoordinasi di kota-kota AS, perang kata-kata antara anggota kabinetnya dengan media massa, dan konfirmasi sejumlah pakta dagang utama menuju keambrukkan.
Semua faktor yang menghadirkan ketidakmenentuan dalam arah kebijakan Trump ini akan menciptakan gelombang dalam beberapa bulan ke depan terhadap presiden baru AS itu. Ekonomi merkantilis adalah kebalikan dari liberalisme di mana pemerintahan melakukan campur tangan besar dalam pasar dengan menerapkan aturan-aturan. Juga disebut nasionalisme ekonomi yang populer di Eropa Barat pada abad 16 sampai 18.
Hardy mengatakan, hal yYang ditakutkan adalah ketika sejumlah gagasan akan mendukung dolar AS, pendekatan merkantilis dan pernyataan Trump belakangan ini bahwa kebijakan mata uang Tiongkok terlalu lemah. “Hal ini memicu dugaan bahwa Trump akan menggunakan kebijakan ini untuk mem-bully negara lain agar dolar AS jadi lemah,” kata Hardy.
Indeks dolar AS telah melesat 4,2 persen sejak Trump dipilih November silam sampai akhir tahun lalu, sejak itu balik tersungkur sampai 2,5 persen.
Saat itu dolar AS menguat karena kemenangan Trump menimbulkan asumsi pelaku pasar bahwa pemerintahan baru AS akan fokus kepada stimulus fiskal yang pro pertumbuhan, pengurangan pajak, dan reformasi aturan yang dapat memicu inflasi sehingga memaksa bank sentral AS, Federal Reserve menaikkan suku bunga tahun ini yang lebih cepat dari perkiraan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved