Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara memperkirakan kerugian yang diakibatkan gempa bumi yang mengguncang empat kecamatan mencapai Rp20 miliar. Angka tersebut kemungkinan masih akan bertambah, mengingat inventarisasi data di lapangan belum selesai.
Demikian dikemukakan Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapanuli Utara (Taput) Jahormat Lumbangaol, Kamis (30/06). “Nilai kerugian tersebut kemungkinan masih akan bertambah karena petugas masih terus menginventarisasi data di lapangan.”
Dikemukakan Jahormat, petugas masih mengumpulkan data mengenai kerusakan gedung sekolah, rumah masyarakat, perkantoran, rumah ibadah dan infrastruktur lainnya yang terdapat di Kabupaten Taput.
Jahormat mengemukakan, meskipun petugas telah bekerja ekstra keras untuk mencatat berbagai kerusakan akibat bencana alam itu. Namun, masih saja ada yang belum terdata, terutama sejumlah desa yang posisinya cukup jauh.
Misalnya, Desa Nahornop Marsada, Kecamatan Pahae Jae. "Desa tersebut sangat jauh, diperkirakan 64 Km dari Kota Tarutung atau lebih kurang 332 Km arah Selatan Kota Medan," katanya.
Sekedar catatan, sejak Senin (27/06), masa tanggap darurat gempa di Tapanuli Utara dinyatakan berakhir. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tapanuli Utara Sanggam Hutagalung menyatakan, seiring dengan berakhirnya masa tanggap darurat maka langkah-langkah penanganan pun sudah berubah dibanding pada masa tanggap darurat.
Sanggam menjelaskan, dapur-dapur umum yang semua disediakan di beberapa lokasi pengungsian, kini sudah tidak lagi difungsikan. Bantuan yang ada langsung disalurkan kepada warga.
Sanggam mengatakan, rekonstruksi akibat gempat tersebut masih dalam perencanaan. Hanya saja kapan pelaksanaannya secara pasti akan dimulai bergantung pada tahap penilaian yang hingga saat ini masih berlangsung. “Tim dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga masih berada di Tapanuli Utara untuk melakukan inventarisasi kerusakan,” ujar Sanggam.
© Copyright 2024, All Rights Reserved