Universitas Gajah Mada (UGM) bertekad untuk mengubah kawasan lereng Gunung Merapi yang pernah porak-poranda akibat erupsi. Sekitar 500 alumni dan mahasiswa perguruan tinggi itu akan mengubah kawasan tersebut menjadi hutan pendidikan konservasi 'Koesnadi Hardjasoemantri'.
Acara tersebut digelar di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang berada di Bukit Glagahsari Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogaykarta, Minggu (11/03). Dalam aksi ini, para mahasiswa dan alumni menanam sekitar 3 ribu pohon berbagai jenis.
Dalam aksi penghijauan ini, 500 peserta tersebu dibagi dalam 10 kelompok baik orang dewasa maupun anak-anak. Sejak pagi hingga siang menanam berbagai jenis pohon di lereng selatan Merapi.
Pakar kehutanan UGM Prof Dr Ir Suhardi mengatakan pembuatan hutan pendidikan konservasi merupakan salah satu amanat tokoh lingkungan yang juga mantan Rektor UGM (alm) Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri. Itu merupakan kegiatan jangka panjang. “Hutan ini juga menjadi tempat belajar bagi siapa saja untuk penyelamatan lingkungan baik masyarakat umum maupun keluarga besar UGM," ujar dia.
Pasca erupsi Merapi tahun 2012, ujar Suhardi, ada beberapa tempat di kawasan TNGM ini yang harus dihijaukan kembali. Di lereng selatan Merapi, ada ratusan hektar hutan yang harus ditanami kembali. “Meski sekarang ini sudah hijau dengan tanaman semacam akasia, kawasan ini masih perlu diperbaiki agar menjadi tempat sumber air kembali," imbuh dia.
Kawasan lereng selatan merupakan tempat sumber air, maka dalam melakukan penghijauan harus ditanam berbagai tanaman yang mampu menangkap dan menyimpan air. Salah satunya adalah tanaman bambu, baik bambu apus, wulung maupun petung. “Di tempat ini harus ditanami bambu lagi, karena bambu mampu menyimpan air," katanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved