Sumber dana para pelaku teroris di Tanah Air lumayan besar. Dari penyitaan dalam penggerebekan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) saja, ada Rp1 miliar. Semua itu dari dalam negeri. Dipastikan tidak ada aliran dana dari luar negeri, seperti dicurigai selama ini.
Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengemukakan hal tersebut dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (14/05).
Dana sebanyak Rp1 miliar itu, diketahui dari Abdul Haris Rp400 juta, Haryadi Usman Rp100 juta, dr Syarif Usman Rp200 juta. Sisanya, kata Kapolri dari almarhum Maulana, yang terdiri dari uang ringgit, dolar dan rupiah.
SBY sasaran
Aksi terorisme di Tanah Air mengubah pola gerakannya. Kali ini, mereka berencana menyerang petinggi Republik Indonesia. Tak kurang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan para pejabat teras menjadi sasaran penembakan, atau peledakan.
"Nanti, 17 Agustus 2010. Mereka, Saya tidak mau menyebutkan identifikasi, diketahui akan melakukan penyerangan dan pembunuhan pejabat negara, saat upacara 17 Agustus," kata Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat.
Info penting tersebut diperoleh polisi dari hasil penggerebekan teroris di Cikampek, dan Bekasi. Menurut Kapolri, saat upacara ke-65 hari Kemerdekaan RI itu, kaum teroris beraksi. Mereka akan melakukan penembakan jarak jauh, dengan sasaran Presiden SBY, dan para pejabat tinggi negara.
"Suhardi alias Usman, alias Rusiken Nur, ditugaskan mengambil senjata 21 pucuk, termasuk launcher penembakan jarak jauh untuk upacara 17 Agustus," kata Bambang Hendarso.
Rupanya, para teroris berniat melakukan penggantian pemerintahan, dengan cara kekerasan. Menurut Kapolri, dari hasil penyidikan itu diketahui, dengan membunuh semua pejabat negara, para teroris bisa segera melengserkan pemerintahan.
"Dengan tidak adanya semua pejabat negara, kelompok teroris akan mendeklarasikan pemerintahan mereka saat itu juga," tegasnya.
Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan, temuan pihak kepolisian seperti disampaikan Kapolri Bambang Hendarso itu, tak boleh dipandang sebelah mata. Info tersebut, kata mantan Panglima TNI itu, tak bisa diabaikan. Masyarakat, dan aparat keamanan, kata dia, harus terus meningkatkan kewaspadaan.
Pujian Presiden
Atas keberhasilan aparat kepolisian yang kembali menumpas teroris, dalam dua hari terakhir ini, pujian datang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden mengatakan, Negara tidak boleh lengah, dan harus selalu waspada terhadap semua ancaman gangguan keamanan.
"Polisi sudah bertindak profesional. Kita memang tak boleh lengah apalagi kalah dari para teroris," kata Jubir Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, menirukan pesan Presiden Yudhoyono, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat.
Presien menanggapi laporan Kapolri, dan Menko Polhukam Djoko Suyanto, Jumat pagi ini. Dua petinggi negara melaporkan kronologis penyergapan di Cawang, Cikampek dan Sukoharjo. Dari laporan itu diungkap aktifitas jaringan terorisme.
Menurut Julian, Presiden SBY juga mengharap operasi penyergapan berikutnya berjalan sesuai prosedur hukum. Termasuk juga, agar tetap menghormati HAM para tersangka. Menurut Julian, sejauh ini apa yang dilakukan aparat Densus 88 Polri dalam penggerebekan pelaku teror, dinilai sudah sesuai prosedur tetap.
© Copyright 2024, All Rights Reserved