Kepala Staf TNI Angkatan Laut Marsekal Marsetio mengatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) yang menyimpan banyak kekayaan alam. Namun potensi kekayaan alam tersebut seringkali menjadi pemicu terjadinya ketegangan antara Indonesia dengan negara lain.Indonesia tak jarang memiliki konflik dengan negara tetangganya.
“Indonesia memiliki kondisi geopolitik, geostrategi dan demografi yang cukup dan juga sumber daya alam. Kenapa potensi konflik terletak pada masalah perbatasan, karena di sana terletak SDA yang belum dikelola secara utuh,” kata Marsetio saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk "Menerjemahkan Gagasan Poros Maritim" di Universitas Nasional, Jakarta, Kamis (09/10).
Menurut Marsetio, untuk mengetahui persoalan maritim yang terjadi maka pemimpin Indonesia mendatang harus memahami secara detail peta Indonesia. Dia menekankan, pada persoalan tapal batas negara antara Indonesia dengan negara tetangganya.
Marsetio menjelaskan, dilihat secara geografis, Indonesia diapit oleh sepuluh negara, yaitu Malaysia, Timor-Timur, Singapura, Thailand, Papua Nugini, Australia, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Tiongkok.
Setiap negara, kata Marsetio, memiliki persoalan berbeda dengan Indonesia terkait tapal batas. Namun, dari sepuluh negara yang bermasalah itu, baru dengan Singapura, Indonesia menyelesaikan persoalan tapal batasnya.
“Persoalan tapal batas yang sudah selesai baru dengan Singapura, itu saja baru bulan lalu,” ujar Marsetio.
Marsetio mengaku senang dengan konsep pembangunan berbasis maritim yang ingin diwujudkan presiden terpilih Joko Widodo. Jika Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, maka pemerintah perlu mendukung TNI agar memiliki alutsista yang lebih kuat.
“Untuk mengawal kebijakan maritim, kami harus punya TNI yang kuat. Kalau punya TNI yang kuat baru betul-betul bisa menjaga secara utuh kedaulatan negara ini. Sehingga tidak ada negara yang coba-coba mengganggu kedaulatan bangsa negara ini,” pungkas Marsetio.
© Copyright 2024, All Rights Reserved