Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbang Kementan) bersama mitra kerjanya terus berupaya menghasilkan benih varientas unggul untuk dapat dikembangkan secara masif oleh petani. Salah satunya dengan menggandeng penyalur benih, PT Pertani dalam mengembangkan dan mengkomersialkan varietas benih tebu unggul.
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kedua pihak dalam pengembangan tebu unggulan dilakukan di Kantor Balitbang Kementan, Jakarta, Rabu (08/02).
"Kita harap kerjasama ini dapat menghasilkan benih tebu unggul untuk mendongkrak produksi gula di dalam negeri," ujar Kepala Balitbang Kementan, M. Syakir, kepada politikindonesia.com usai penandatanganan MoU tersebut.
Menurutnya, kerjasama ini dilakukan karena banyak hasil penelitian dari pihaknya yang tidak terdistribusi dengan baik hingga ke petani maupun pelaku industri.
Dengan menggandeng pihak lain diharapkan benih unggul yang dihasilkan bisa tersedia dalam jumlah yang cukup.
Hal itu sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan.
"Mekanisme alih teknologi tersebut bisa dilakukan melalui lisensi, kerjasama, pelayanan jasa Iptek dan publikasi. Hingga 2016, kami sudah bekerjasama dengan para lisensor swasta. Bahkan kami sudah berhasil menggaet 170 lisensor dengan jenis teknologi berupa pupuk dan pestisida, alat mesin pertanian dan berbagai produk olahan," terang dia.
Dijelaskan, varientas tebu sedang dikembangkan yakni, benih tebu yang memiliki produktivitas di atas 150 ton per hektar, dengan tingkat rendemen di atas 12 persen. Karena itu merupakan satu-satunya cara peningkatan produksi dengan keterbatasan lahan. Untuk menciptakan varietas lain, tidak ada jalan pintas lain, kecuali dengan rendemen dan produksi tinggi.
"Kami memang harus agresif untuk menciptakan dan menghasilkan inovasi baru. Bahkan, kami juga harus agresif untuk menyalurkan hasil inovasi teknologi tersebut. Jadi pengembangan varietas baru tebu dengan produktivitas tinggi tersebut ditargetkan bisa rampung pada tahun ini, sekaligus bisa mulai dijual Pertani pada akhir 2017," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama Pertani, Wahyu menambahkan, pihaknya sudah mulai mempersiapkan jaringan distribusi benih tebu yang dikembangkan Balitbang Kementan nantinya. Karena pihaknua sudah melakukan perbincangan dengan perusahaan negara lainnya yang bergerak di sektor perkebunan.
"Kendala yang kami hadapi, bibit tebu rendemen yang ada sekarang 6-8 persen saja dianggap sudah optimal. Sementara pembicaraan dengan Kepala Balitbang katanya bisa menghasilkan rendemen di atas 10 persen bahkan di atas 12 persen," tandasnya.
Diakuinya, produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia, yang pernah menjadi produsen gula sekaligus eksportir gula, berubah menjadi importir gula terbesar. Rata-rata impor setiap tahun mencapai 1,5 juta ton, atau setara dengan Rp1 triliun. Salah satu kemerosotan produktivitas gula Indonesia, tidak saja karena semakin berkurangnya sawah beririgasi teknis serta meningkatnya areal sawah tegalan.
"Selain itu juga pemakaian varietas tebu yang tidak mendukung produktivitas lahan. Belum lagi sistem keprasan yang sampai dilakukan lebih dari 10 kali sampai 15 kali dalam lahan yang sama, padahal idealnya hanya sekitar tiga kali. Sehingga inovasi tebu varientas unggul sangat dibutuhkan untuk menjadikan kembali Indonesia sebagai proudusen gula," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved