Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim persediaan beras nasional dalam kondisi cukup dan aman hingga menjelang Lebaran sehinga tidak perlu impor. Tercatat, pada Maret stok beras nasional mencapai 6.877.889 ton, April 5.270.827 ton dan Mei 3.606.356 ton.
"Apabila melihat produksi beras dan stok nasional saat ini, kita tidak perlu impor. Karena kami yakin produksi sepanjang tahun 2015 sangat besar dan mampu mencukupi kebutuhan beras nasional sepanjang tahun," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring saat jumpa pers mengenai "HPP Gabah dan Beras", di Kantornya, Selasa (12/05).
Dijelaskan, sebenarnya isu impor beras itu berasal dari pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Rencana kebijakan itu dilakukan guna mengakomodasi kebutuhan beras pada bulan Ramadhan sampai Idul Fitri. Pihaknya pun tetap berusaha untuk tidak melakukan impor. Tapi bila keputusan pemerintah menginstruksikan untuk impor, maka rekomendasi impor beras bisa saja terjadi.
"Impor tidak perlu dilakukan karena target produksi Gabah Kering Giling (GKG) tahun 2015 bisa mencapai 73,4 juta ton. Kami pun optimis realisasi produksi itu bisa tercapai. Karena adanya rencana pembukaan lahan sawah baru yang pastinya akan menambah produksi 700 ribu hektar/ bulan, termasuk adanya perbaikan lahan irigasin," ungkapnya.
Menurutnya, jika dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah produksi tahun ini meningkat cukup signifikan. Hal itu terjadi karena luas tanam dan sejumlah upaya swasembada pangan yang sedang digerakan. Sementara produksi tahun lalu hanya sampai ke level 70,83 juta ton.
"Kami yakin bisa memenuhi target produksi tahun ini dan bahkan mampu mencukupi kebutuhan beras di lapangan. Keyakinan itu bisa dilihat dari perhitungan target sampai bulan Mei 2015 yang diperkirakan mencapai 37 juta ton GKG atau 51 persen dari target," paparnya.
Hasil mengatakan, walaupun diperkirakan produksi GKG tahun ini tinggi. Namun, pihaknya menduga ada indikasi pasokan beras di pasar tak sesuai harapan atau mengalami kekurangan. Hal itu disadari karena Badan Urusan Logistik (Bulog) tidak bisa menyerap seluruh pasokan gabah para petani dan dengan proyeksi produksi GKG yang mencapai sekitar 73,4 juta ton.
"Seharusnya pasokan beras di lapangan mencukupi bahkan surplus. Tapi karena Bulog sepertinya mengalami kesulitan untuk menyerap seluruh produksi gabah petani. Kami juga mengalami kebingungan dipasarkan kemana semua produksi itu. Memang ini menjadi kendala dan perlu diawasi," tegasnya.
Pihaknya juga menyadari banyaknya pemain besar yang memang menimbun pasokan Gabah Kering Panen (GKP) para petani. Pemain tersebut, memanfaatkan momentum tertentu untuk melepas pasokan beras ke pasar. Sehingga membuat pasokan beras di pasar pun berkurang, bahkan bisa defisit.
"Saya tahu dari media-media kalau masih banyak pedagang yang menimbun gabah. Karena sebenarnya, produksi ada tapi barangnya mungkin di simpan oleh pedagang gabah. Biasanya, pasokan beras yang sampai ke pasar dari hasil panen memakan waktu 1 sampai 2 bulan untuk masuk ke pasar. Karena ada proses simpan, dikeringkan dan dijemur," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved