Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kini mendapat julukan sebagai partai yang gemar ribut-ribut. Julukan ini mungkin lebih halus ketimbang julukan sebagai partai tukang berkelahi. Perseteruan dua kubu yang menyandang nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hingga terus berlanjut.
Setelah masing-masing menggelar muktamar Januari lalu yang diwarnai saling kritik secara terbuka, kini kubu PKB Alwi dan PKB Matori saling bersitegang soal keberadaan anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa di DPR.
FKB Alwi mengultimatum anggota DPR dari FKB yang mendukung Matori untuk bergabung atau keluar dari fraksi. Batas waktunya, sampai pertengahan Maret ini. Kubu Matori di DPR itu, kata Effendie Choirie dari kubu Alwi, diketahui telah membentuk partai tandingan dan tidak pernah menghadiri rapat-rapat fraksi yang tergolong rapat kerja DPR.
Seperti diketahui, para anggota FKB pro Matori, masing-masing, anggota Komisi I Abdul Khaliq Ahmad (daerah pemilihan Indramayu), anggota Komisi VI Agus Suflihat Mahmud (Bandung), anggota Komisi VI Umar Anshori Khusnan (Lampung), dan anggota Komisi VI Ayib Usman (Cirebon).
Namun, desakan PKB Alwi tak membuat anggota DPR dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) yang pro Matori mau mundur begitu saja. Mereka menolak mundur dari FKB dan melancarkan serangan balik. Menurut mereka, anggota FKB kubu Alwi lah yang harus keluar karena pernah mendukung dekrit pembubaran DPR/MPR.
‘Silakan saja mereka mengultimatum kami. Kalau mereka minta kami keluar kami juga berhak meminta mereka untuk keluar. Kami juga punya hak untuk bicara atas nama FKB,” kata Syarif Ustman Yahya, anggota FKB pro Matori di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (28/02/2002).
Ancaman Gus Choi, begitu Choirie biasa dipanggil, dinilai Syarif Ustman sebagai hal yang lucu. Menurutnya kelompok pro Gus Dur di DPR seharusnyalah yang keluar dari FKB. “Bukankah mereka yang menyetujui dekrit pembubaran DPR/MPR. Lho kok sekarang malah balik lagi ke sini. Jadi mereka yang seharusnya mundur,” tandas Syarif.
Pasca Muktamar Jakarta dan Yogyakarta, perseteruan dua kubu ini memang sudah diduga bakal terjadi. Kubu Alwi kini yang ngotot mempertahankan diri di FKB DPR. Padahal dulu mereka mendukung dekrit pembubaran DPR/MPR. Sementara yang diminta mundur adalah kubu yang dulu mendukung keberadaan DPR/MPR dan Sidang Istimewa MPR yang berujung pada kejatuhan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Persoalan di PKB memang cukup rumit. Jika kembali ke asal, semua orang tahu, Gus Dur adalah tokoh sentral dan pendiri PKB. Ada semacam keyakinan bahwa PKB itu identik dengan Gus Dur dan NU. Kalau tidak demikian, dukungan politik buat PKB tak akan sebesar seperti yang terjadi dalam pemilu 1999.
Di satu sisi, Matori Abdul Djalil adalah Ketua Umum PKB yang merasa didepak begitu saja oleh kubu Alwi dan Gus Dur. Sehingga Matori pun terus melakukan perlawanan. Dia yakin, berdasarkan AD/ART PKB, dirinya tak bisa diganti begitu saja tanpa proses pembelaan diri melalui muktamar yang diselenggarakan oleh DPP yang dipimpinnya.
Jadi kedua kubu memang bertarung dengan keyakinan sendiri-sendiri, yang bisa benar di satu sisi, tetapi juga bisa keliru pada sisi yang lain. Mestinya memang, dicari jalan tengah, misalnya dengan islah atau proses hukum, untuk menentukan posisi masing-masing. Jika tidak, energi politik elit politik di PKB akan habis hanya untuk konflik semacam itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved