Pemerintah RI sudah melakukan kontak-kontak pendekatan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di lapangan di wilayah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menyusul seruan-seruan rujuk dan pemerian amnesti dari RI.
"Sudah ada kontak-kontak di lapangan dengan mereka (GAM)," kata jurubicara Presiden, Dr. Dino Patti Djalal, kepada ANTARA, seusai penyerahan sapi qurban oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang melaksanakan shalat Idul Adha 1425 Hijriyah di Mesjid Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat.
Seperti dilansir Media Indonesia, Dino mengatakan, Presiden Yudhoyono sejak hari kedua setelah bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 telah langsung menyampaikan pesan perdamaian dan mengajak kaum separatis itu untuk meletakkan senjata agar operasi bantuan terhadap korban bisa dilakukan seluas-luasnya.
"Presiden Yudhoyono-lah yang sejak hari kedua mengajak mereka berdamai demi rakyat Aceh," kata Dino.
Ditambahkannya, apapun yang kemudian terjadi di lapangan bukan pemerintah atau tentara (TNI) yang memulainya.
Dino tidak merinci apa yang disebutkannya sebagai "kontak-kontak di lapangan" dengan kaum separatis itu.
Pegawai karier dari Deplu yang menjadi jurubicara Kepresidenan di bidang urusan luar negeri itu juga menolak untuk mengungkapkan langkah-langkah yang sedang dilakukan Departemen Luar Negeri terhadap para petinggi GAM (GAM) di Swedia, negara tempat mereka bermukim.
Dalam kaitan itu, para petinggi GAM di Swedia lewat pers telah menyatakan "melakukan gencatan senjata" dengan pihak pemerintah sehubungan dengan bencana gempa dan tsunami serta operasi-operasi kemanusiaan untuk membantu para korban. Namun, TNI mendapati kenyataan lain di lapangan.
"Dalam dua minggu ini, kita terpaksa membunuh sedikitnya 120 anggota GAM, dan menyita senjata-senjatanya," kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Ryamizard Ryacudu, menjawab pertanyaan ANTARA di Banda Aceh, hari Kamis (20/1).
Ryamizard menekankan, TNI terpaksa menembak mati anggota-anggota GAM karena bukan hanya mengganggu kelancaran distribusi bantuan tsunami, tetapi juga merampok barang-barang yang diperlukan para pengungsi di Aceh.
"Presiden, Panglima TNI, dan dirinya sendiri sudah mengajak anggota GAM untuk turun gunung, menyerahkan senjata, dan bersama-sama membangun Aceh, dan bukannya melakukan perampokan bahan makanan," kata KSAD.
Mengenai rencana rekonsiliasi dengan GAM, Ryamizard mengatakan itu urusan politik, bukan urusannya.
Jika, GAM menyerah dan meletakkannya senjata, maka permasalahan Aceh sudah selesai.
"Selama GAM masih pegang senjata, bahkan malah mencari senjata baru, maka masalahnya tidak akan selesai-selesai. Kuncinya adalah GAM turun gunung, meletakkan senjata, dan bersama-sama membangun Aceh," katanya.
Karenanya, ia menegaskan bahwa perdamaian di Aceh tergantung pada GAM, karena sejak dulu pemerintah mengajak GAM berdamai.
"Dalam ajaran agama Islam ada Islah sampai tiga kali. Kalau tidak mau islah, ya kita perangi. Tidak ada negara di dalam negara, itu namanya bughot (melawan negara)," kata KSAD.
© Copyright 2024, All Rights Reserved