Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Ryamizard Ryacudu menegaskan sejak operasi terpadu digelar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), pihak TNI kini telah berhasil menguasai 75 persen wilayah itu dan mendapat dukungan rakyat Aceh untuk menumpas GAM.
"Hasil evaluasi sejauh ini menunjukkan TNI berhasil melumpuhkan 800 personel GAM baik yang ditembak mati dalam pertempuran maupun yang ditawan serta TNI berhasil melumpuhkan fasilitas fisik dan non-fisik," katanya seperti dikutip kompas.com, di Bandung, Rabu (9/7).
Usai memimpin upacara sertijab Komandan Seskoad dari Mayjen William T da Costa kepada Brigjen Syarifuddin Tippe, kepada pers KSAD mengemukakan, operasi terpadu di Aceh sejauh ini berjalan baik dan TNI berhasil meraih simpati rakyat yang sangat dibutuhkan dalam pola perang gerilya seperti yang berlangsung di sana.
Menurutnya, keberhasilan TNI dalam merebut simpati rakyat merupakan tolok ukur keberhasilan perang gerilya. Hal itu bisa dibuktikan dengan semakin banyaknya rakyat Aceh yang tampil secara terang-terangan menunjukkan keberaniannya untuk melawan kelompok pengacau GAM.
"Dulu rakyat takut sama GAM. Sekarang rakyat sudah berani melawan GAM dan membantu TNI. Jadi ini suatu keberhasilan juga, sifatnya non-fisik. Sedangkan hasil fisiknya, sudah lebih dari 800 personel GAM yang kita lumpuhkan, baik yang mati terbunuh, menyerahkan diri, terluka, maupun ditawan," paparnya.
Meski kekuatan GAM sudah banyak yang dilumpuhkan, lanjut Ryamizard, operasi terpadu tetap jalan terus sampai GAM bisa dibasmi habis. Kondisi prajurit TNI sendiri dinilainya cukup baik dan prima, baik fisik, mental maupun semangat personelnya yang tetap tinggi.
"Saya berharap operasi melawan GAM hendaknya dilihat sebagai perang bersama. GAM itu bukan hanya musuh TNI, tapi juga musuh seluruh bangsa Indonesia. Jadi seluruh komponen bangsa harus bersatu melawan mereka," tandasnya.
Menyinggung tentang penyelamatan reporter RCTI Ersa Siregar, juru kamera Ferry Santoro, sopir dan dua istri perwira TNI yang disandera GAM, KSAD mengatakan, meski ultimatum menghubungi TNI sudah lewat, keselamatan mereka masih menjadi jaminan TNI. TNI tetap akan berusaha untuk membebaskan Ersa dan kawan-kawan dengan selamat.
"Tapi untuk itu, Ersa sendiri harus berinisiatif untuk menghubungi aparat keamanan setempat agar aparat tahu dimana harus menjemput dan menemukan mereka. Kalau dia tidak mau memberi tahu dimana posisinya, bagaimana kita menjemputnya. Ingat wilayah NAD itu hampir seluas Jawa Barat. Ya kalau dia tidak mau ngomong, ya sulit dong menemukannya," ujarnya.
KSAD menambahkan, TNI tidak akan melukai ataupun menembak warga sipil jika terjadi kontak senjata dengan GAM. Jangankan wartawan, warga sipil atau tawanan perang saja yang ditemukan dalam kontak senjata akan dijamin keselamatannya dan diperlakukan dengan baik.
Ketika ditanya kemungkinan Ersa mengalami kendala tak bisa menghubungi TNI, dia menegaskan pasti bisa diusahakan. "Pasti bisa. Buktinya dia bisa kontak Wapimrednya. Pokoknya dia tinggal kontak kita dan tinggal beritahu ada dimana," kata KSAD.
© Copyright 2024, All Rights Reserved