Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan, kemarau 2012 adalah jenis kemarau yang kering, berbeda dengan kemarau 2011 dan 2010 yang merupakan kemarau basah. Lapan juga membantah bahwa kemarau kali ini adalah kemarau berkepanjangan.
"Sebab utama kemarau kering adalah berkurangnya curah hujan dan minimnya massa uap air akibat mendinginnya laut di sebagian besar wilayah Indonesia," kata pakar atmosfer yang menjabat Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan Prof Dr Thomas Djamaluddin, di Jakarta, Selasa (11/09).
Thomas Djamaluddin mengatakan, data satelit menunjukkan pada akhir Agustus 2012, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia lebih dingin dari rata-rata. Sehingga pembangkitan uap air di wilayah Selatan Indonesia menjadi sangat minim, di bawah rata-rata sehingga mengakibatkan kemarau 2012 menjadi kemarau yang kering.
“Tidak benar kalau ada pemberitaan bahwa kemarau kali ini merupakan kemarau berkepanjangan, karena saat ini berdasarkan waktu normalnya memang masih musim kemarau,” kata Thomas.
Menurut Thomas, berdasarkan data curah hujan dari satelit TRMM menunjukkan di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi selama Agustus sampai awal September curah hujan memang di bawah rata-rata.
"Musim kemarau di Indonesia adalah kondisi periodik tahunan yang terjadi ketika matahari berada di belahan utara, yang normalnya terjadi antara Juni-Agustus," jelas Thomas.
Thomas memprediksikan musim kemarau akan berakhir pada akhir tahun ini. “September-November adalah masa peralihan ketika matahari mulai bergerak ke Selatan. Itulah musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan," pungkas Thomas.
© Copyright 2024, All Rights Reserved