Pencabutan embargo militer oleh Amerika Serikat (AS) berdampak besar bagi jajaran pertahanan dan keamanan Indonesia. Departemen Pertahanan (Dephan) dan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) sampai-sampai harus mengevaluasi dan merevisi anggaran pertahanan terutama yang menyangkut alat utama sistem senjata (alusista).
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono saat melakukan pendapat dengan Komisi I DPR di Jakarta, Kamis (1/12). "Dephan dan Mabes TNI akan segera mengevaluasi kondisi alusista masing-masing angkatan sekaligus dengan melihat dukungan anggaran pengadaaan dan pemeliharaan alusista," ujar Juwono kalem.
Juwono juga membenarkan bahwa pengkajian ulang tersebut melibatkan Atase Pertahanan dari Kedubes AS. Pengkajian itu meliputi kebutuhan alusista masing-masing angkatan yakni apa saja yang akan diprioritaskan dan berapa anggaran yang dibutuhkan. Keterbatasan anggaran negara menjadi alasan utama mengapa pengkajian tersebut mesti dilakukan.
Juwono dihadapan Komisi I, mengatakan anggaran pemeliharaan alusista dalam lima tahun terakhir rata-rata hanya 20,22 persen dari kebutuhan. Sementara itu kondisi peralatan sebagian besar telah berusia 20 hingga 40 tahun bahkan beberapa kapal perang telah usia 41 hingga 64 tahun.
Walau terbentur pada keterbatasan anggaran, namun Menhan memastikan bahwa program pengadaan Sukhoi tipe 27 SK dan 30 Mk akan tetap diteruskan. Disamping itu, pasca pencabutan embargo, Dephan juga akan meningkatkan kesiapan sejumlah pesawat tempur yang selama ini terkena dampak embargo seperti F5 Tiger dan F16 Fighting Falcon.
"Pasca pencabutan embargo, Dephan memprioritaskan untuk meningkatkan pesawat tempur TNI AU seperti F5 dan F16 yang kini menurun kemampuan akibat embargo," jelas Juwono.
Juwono juga membenarkan bahwa pencabutan embargo tersebut membawa angin segar bagi alusista TNI yang selama ini tertahan di berbagai negara. Indonesia akan lebih mudah untuk menarik dan membeli suku cadang sejumlah pesawat tempur yang selama ini tertahan di beberapa negara seperti Belgia, AS, Malaysia, Singapura, Korea Selatan dan Selandia Baru. "Sehingga dalam lima tahun ke depan, kita bisa menghidupkan kembali 10 pesawat F16 atau dua pesawat per tahun mulai tahun depan," lanjut Menhan.
Embargo senjata yang hampir sembilan tahun menimpa Indonesia ternyata membuat trauma bagi bangsa Indonesia. Menhan juga khawatir pencabutan embargo senjata oleh AS tersebut tak bertahan lama karena perubahan politik di negara adidaya tersebut. Itulah alasan utama mengapa program pengadaan pesawat tempur Sukhoi dari Rusia tetap dijalankan.
Di hadapan Komisi I DPR, Juwono juga membeberkan rencana utama perhananan Indonesia menyangkut alusista, yakni melanjutkan pengadaan Sukhoi, menghidupkan kembali F5, F16 serta pesawat angkut Hercules C-130.
"Jadi, prioritas saat ini adalah menghidupkan kembali F5 dan F16 dan melanjutkan pengadaan Sukhoi dan pesawat Hercules C-130," tegas Juwono.
© Copyright 2024, All Rights Reserved