Volatilitas pada pasar keuangan Indonesia terjadi karena kurangnya pendalaman finansial (financial deepening) serta minimnya tingkat partisipasi investor dalam negeri. Kondisi ini membuat pasar keuangan Indonesia masih rawan.
“Pendalaman finansial bisa menjadi satu langkah untuk meredam isu keuangan Indonesia terkait kekhawatiran volatilitas. Dana deposito kita masih rendah, sekitar 40,7 persen dari total penduduk. Ketimbang Filipina 55 persen, Singapura 137 persen, Malaysia 94 persen,” ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, kepada pers di Jakarta, Senin (07/09).
Pendalaman finansial diperlukan karena adanya kekhawatiran volatilitas pasar keuangan seperti yang terjadi saat ini. Indonesia, ujar dia, juga perlu meningkatkan jumlah nilai transaksi di pasar modal.
Bambang menyatakan dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB), besaran nilai pasar saham hanya 45,2 persen. Padahal, negara lain seperti Thailand mampu mencapai 104 persen dan Malaysia 156 persen.
““Pemerintah akan menyediakan instrumen dari penyediaan likuiditas bisa lewat sukuk dan obligasi ritel berbasis proyek 2010. Obligasi daerah juga bisa menambah likuiditas pasar dan memacu pembangunan daerah,” jelasnya.
Menkeu menambahkan, perlu dibentuk kerangka regulasi untuk memberikan jaminan dalam pasar keuangan dengan menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal tersebut perlu untuk mengurangi kesenjangan antara rezim.
“Pemerintah juga sudah menyiapkan RUU (Rancangan Undang-undang) JPSK (Jaring Pengaman Sistem Keungan) sebagai acuan kalau terjadi shock,” jelas Menkeu.
Seperti diketahui, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengalami fluktuasi yang cukup tinggi setelah anjloknya volume dan nilai transaksi hingga 30 persen pada sepekan terakhir.
Setelah sempat mengalami kenaikan sebesar 1,43 persen ke level 4.509,607 di awal pekan kemarin, IHSG pada akhir pekan kemarin ditutup di level 4.415,343 atau turun 0,69 persen dibandingkan penutupan pada pekan sebelumnya.
Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melemah sebesar 30,5 persen dari Rp 6,52 triliun menjadi Rp 4,53 triliun. Lebih lanjut, rata-rata volume dan frekuensi transaksi masing-masing turun sebesar 30,7 persen dan 34,2 persen.
Selama periode 31 Agustus 2015 hingga 4 September 2015, investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp831 miliar. Sepanjang tahun ini (year to date), investor asing mencatatkan net sell senilai Rp7,9 triliun.
© Copyright 2024, All Rights Reserved