Keluhan GAM tentang milisi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dijawab Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Panglima menegaskan tidak ada milisi yang menghambat pelaksanaan kesepakatan damai di daerah itu.
"Saya tidak melihat adanya pembentukan milisi," jelas Jenderal Endrartono, usai menghadiri acara silahturahmi Presiden dengan keluarga besar Pepabri dan Warakawuri, di Balai Sudirman, Jakarta, Jumat (30/9).
Endriartono berpendapat seharusnya gangguan keamanan tidak perlu lagi terjadi di NAD. Ini karena pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah sepakat untuk melaksanakan perdamaian di Aceh sesuai nota damai yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005. Namun, Panglima juga tidak bisa membantah kemungkinan adanya kelompok masayarakat yang tidak suka dengan keberadaan GAM.
"Itu wajar saja. Dalam sebuah masyarakat ada kelompok yang tidak suka dengan kelompok lain. Demikian juga, ada kelompok yang tidak suka dengan rencana kenaikan BBM, itu sah saja, selama tidak melanggar hukum," kata Jenderal Endriartono.
Karena itu, TNI akan terus mengimbau mengimbau masyarakat dan komponen lainnya untuk mendukung proses perdamaian yang kini tengah berlangsung di Aceh dengan tidak melakukan pelanggaran hukum yang dapat menganggu pelaksanaan nota damai pemerintah dan GAM. Bila dilanggar, "Pada prinsipnya, setiap pelanggaran hukum harus ditindak secara hukum," tegas Endriartono.
Penjelasan Panglima TNI tersebut menjawab keluhan dari pihak GAM tentang keberadaan warga sipil bersenjata yang ditengarai sebagai milisi, yang dinilai dapat menganggu pelaksanaan nota damai di Aceh. Panglima GAM Wilayah Linge Fauzan Azima Fauzan menduga, tindakan yang dilakukan beberapa orang itu memiliki beberapa tujuan, di antaranya agar mantan anggota GAM tidak lagi diterima di tengah masyarakat.
Fauzan mencatat, sedikitnya terjadi tiga pelepasan tembakan oleh milisi sesudah penandatanganan kesepahaman damai di Helsinki. Pada 22 Agustus 2005 terdengar enam kali tembakan di Simpang Blang Ara, Kecamatan Bukit, Bener Meriah.
Setelah itu, 31 Agustus 2005, terdengar suara tembakan di Kecamatan Bandar, Tanjung Beringin. Terakhir, 23 September 2005, terdengar dua kali tembakan di Desa Rambung.
"Tembakan yang terjadi pada tanggal 22 Agustus berasal dari AK, kemudian tanggal 31 Agustus berasal dari pistol. Dan tembakan pada tanggal 23 September berasal dari M-16," kata Fauzan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved