Panitia Kerja Sukhoi Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (4/9), menyelesaikan tugasnya dengan membuat satu kesimpulan atas imbal beli pesawat Sukhoi dan helikopter dari Rusia oleh pemerintah. Panja Sukhoi meminta agar mekanisme pembelian pesawat Sukhoi dan helikopter Mi-35 yang sudah berlangsung tidak terulang kembali.
"Semua hasil ini akan diserahkan kepada Komisi I DPR dan oleh Komisi I DPR akan diserahkan ke pimpinan DPR untuk ditindaklanjuti sehingga Panja Sukhoi dapat dibubarkan," kata Ketua Panitia Kerja (Panja) Sukhoi Ibrahim Ambong (Fraksi Partai Golkar) seusai rapat perumusan selama tiga jam.
Ibrahim Ambong selengkapnya membacakan kesimpulan panja, bahwa pembelian pesawat Sukhoi dan helikopter Mi-35 tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 29 Tahun 2002 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan UU No 3/2002 tentang Pertahanan Negara. Sebab, pengadaan pesawat dan helikopter tersebut dilaksanakan melalui skema imbal beli yang ketentuannya belum diatur dalam UU APBN atau UU Pertahanan Negara.
"Hal ini menimbulkan penafsiran dari berbagai pihak tentang pengadaan pesawat Sukhoi dan helikopter Mi-35. Kerancuan penafsiran itu dapat berakibat buruk terhadap sistem building. Karena itu, hal tersebut tidak boleh terulang lagi di waktu mendatang. Apabila terjadi lagi, kepada pihak-pihak yang melakukannya harus dikenai sanksi tegas," kata Ibrahim Ambong menekankan.
Ada dua rekomendasi yang diberikan Panja Sukhoi. Pertama, mengingat pengadaan pesawat Sukhoi dan helikopter tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang ada, bagi pejabat yang terkait dikenai sanksi sesuai dengan derajat kesalahannya. Kedua, perlu disusun proses imbal dagang dalam bentuk UU.
Ibrahim Ambong lebih jauh menjelaskan sejumlah temuan Panja Sukhoi. Proses imbal beli tersebut, katanya, berlangsung di tengah tidak adanya jaminan dana APBN. Sejauh ini, sampai pada tataran kebijakan, upaya melalui imbal beli berjalan dengan baik dan benar.
"Tetapi, ketika masuk ke implementasi, di mana perlu pihak pelaksana pengadaan perlengkapan militer secara teknis, yang seharusnya wewenang Departemen Pertahanan cq Menteri Pertahanan, ternyata tidak terjadi. Mungkin atas prakarsa Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Perum Bulog-lah yang ditunjuk sebagai pelaksana. Itu temuan kami," katanya.
Secara terpisah, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Amien Rais di Kota Malang, Jawa Timur, mengatakan, pembelian pesawat jet tempur buatan Rusia-dengan menukarkan hasil bumi Indonesia berupa kedelai atau kacang hijau-sedikit melecehkan Indonesia.
"Sebenarnya sejak semula saya mendukung pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia atau pesawat Mirage dari Perancis, atau pesawat mana pun yang bisa melengkapi kebutuhan Indonesia. Namun, prosedurnya harus dilakukan secara benar dan tidak menimbulkan bentrok opini yang melelahkan," ujarnya.
Menurut Amien, pembelian pesawat dari Rusia maupun Perancis tersebut akibat Amerika Serikat ogah-ogahan menjual pesawatnya kepada Indonesia. "Jadi, untuk menunjukkan kedaulatan Indonesia, tidak bisa tidak, kita harus menunjukkan bahwa kita mampu membeli pesawat tempur," kata Amien.
Ia menambahkan, ia tidak tahu apakah imbal dagang dengan hasil bumi tersebut merupakan satu-satunya jalan. "Karena kalau misalnya pesawat tempur diganti dengan kedelai atau kacang hijau atau hasil bumi lainnya, itu rasanya jadi membawa kita kembali ke zaman dulu, di mana uang belum jadi alat tukar," katanya.
Cara menukar pesawat dengan produk pertanian tersebut, paparnya, agak sedikit melecehkan Indonesia. "Kalau mereka beli produksi kita, lalu kita dibayar dengan beras, itu baru Indonesia berada dalam posisi yang superior. Tapi, kalau kita beli produksi negara lain, lantas Indonesia membayar dengan hasil bumi, itu berarti kita yang inferior," tutur Amien.
Seperti ditulis Kompas, dari Madiun dilaporkan, 12 penerbang sudah disiapkan TNI Angkatan Udara untuk mengawaki jet tempur Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK, di luar delapan penerbang pertama yang dikirim ke Rusia. Persiapan itu merupakan antisipasi TNI AU yang akan diperkuat oleh satu skuadron Sukhoi yang telah dikemukakan oleh Panglima TNI baru-baru ini.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Chappy Hakim mengungkapkan rencana tersebut seusai meninjau Pangkalan Udara (Lanud) Utama Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Lanud Utama Iswahyudi di Madiun, Kamis siang, dalam penerbangan kembali ke Jakarta dari Madiun, dengan pesawat Hercules VIP yang dikemudikannya sendiri.
"Tentunya, ini sangat tergantung dari pengadaan selanjutnya," katanya. Pada tahap ketiga, kemungkinan pula akan direkrut 12 penerbang lainnya. Seperti diketahui, pada tahap pertama, bagi dua pesawat Sukhoi Su-27SK dan dua Su-30MK, TNI AU mengirim delapan penerbang berkualifikasi instruktur ke Rusia untuk mengawaki pesawat-pesawat tersebut. Mereka selanjutnya akan melatih 12 penerbang baru yang disebut pucuk pimpinan TNI AU itu.
Perekrutan ini terkait erat dengan pernyataan Panglima TNI yang menyebutkan, minimal tahap pertama, jajaran TNI AU akan diperkuat dengan satu skuadron jet tempur Sukhoi buatan Rusia.
Chappy Hakim menambahkan, TNI AU butuh lebih dari satu skuadron Sukhoi yang terdiri dari 12 sampai 16 pesawat Su-27/30. Paling tidak, ucapnya, dua sampai tiga skuadron yang mungkin akan lebih memberi arti bagi tugas pokok jajaran TNI AU. "Walaupun itu masih jauh dari ideal," ujarnya menambahkan.
Dilaporkan, sedikitnya negara seluas ini diperkuat oleh empat skuadron Su-27 dan Su-30. Satu skuadron ditempatkan di Madiun (Jawa), satu skuadron di Medan, Sumatera Utara, satu skuadron di Pontianak, Kalimantan Barat, dan satu skuadron di Makassar.
Namun, apabila dengan satu skuadron yang terdiri dari 16 pesawat terlalu besar, komposisinya bisa dijadikan 12 pesawat, yakni empat pesawat operasional, empat cadangan di flight line sebagai back-up, dan empat dalam putaran perawatan. Ini sama dengan komposisi Skuadron 3 F-16 Fighting Falcon buatan AS yang terdiri dari 12 pesawat.
Selain delapan penerbang, TNI AU juga telah mengirim 18 teknisi senior ke Rusia yang nantinya akan menjadi instruktur untuk dapat mendidik kader-kader lainnya di Indonesia. Para penerbang dan teknisi ini, menurut rencana, akan tiba di Tanah Air tanggal 9 September mendatang.
Chappy Hakim adalah penerbang C-130 Hercules yang telah mengantongi lebih dari 2.000 jam terbang di jenis pesawat ini dan (total) telah mengumpulkan 5.000 jam terbang gabungan dengan jenis pesawat lainnya. Kemarin, dia membawa rombongan jajaran Markas Besar TNI dan TNI AU ke kedua pangkalan udara utama tersebut, untuk melihat secara langsung persiapan Lanud Hasanuddin menjadi pangkalan jet tempur Sukhoi. Perjalanan ke Lanud Iswahyudi dalam rangka melihat langsung proses pemasangan kembali komponen jet tempur supersonik Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK.
"Kenapa harus dilihat secara visual dan tidak cukup dari laporan saja karena Pangkalan Hasanuddin sudah cukup berkembang. Airlines juga sudah banyak di sana dan instalasi-instalasi juga sudah cukup berkembang," papar Chappy Hakim.
Diingatkannya pula, memang sejak awal Sukhoi diarahkan untuk menggantikan peran pesawat tempur A-4 Skyhawk buatan AS yang sudah uzur dan perlu diganti di Skuadron 11 Lanud Hasanuddin. Dalam peninjauan di Hasanuddin tersebut, rombongan KSAU meninjau hanggar shelter, di mana kelak Su-27 dan Su-30 bakal ditempatkan.
Dalam kunjungan ke Lanud Iswahyudi, di hanggar Skuadron 3, rombongan KSAU menyaksikan pemasangan komponen sayap dan ekor tegak dua pesawat Sukhoi Su-27SK yang sudah selesai. Selain itu, perangkat roda pendaratnya juga sudah diuji coba.
"Tinggal isi bahan bakarnya, lalu testing mesinnya," ungkap Panglima Komando Operasi (Koops) TNI AU II Marsekal Madya Teddy Sumarno kepada Kompas. Dia ditugaskan KSAU untuk mengawasi proses pelaksanaan pemasangan kembali atau rebuilt keempat Sukhoi yang bakal ditempatkan di Makassar tersebut, di mana pusat Komando Operasi TNI AU II berada.
Bersama Panglima Koops TNI AU I, Marsekal Madya Slamet Prihatino, ia mendampingi Marsekal Chappy Hakim dalam peninjauan kemarin.
Pemimpin pelaksanaan pemasangan kembali Sukhoi, Igor Kusevanov, dari pabrik Sukhoi, menerangkan kepada Kompas bahwa pesawat akan siap sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Uji terbang pun diperkirakan sudah dapat dilangsungkan pada tanggal 11 atau 12 September, sebagaimana yang dijadwalkan TNI AU.
Saat peninjauan kemarin, jet tempur Su-30 masih dalam pemasangan sayap dan akan dipasangkan ekor tegaknya. Dengan bekerja siang dan malam para teknisi Rusia, uji coba terhadap kedua pesawat ini pun diperkirakan akan bisa dilangsungkan sebagaimana yang dijadwalkan.
"Mereka ahead of time," ujar Teddy Sumarno sambil menyaksikan dan mendampingi KSAU Marsekal Chappy Hakim melihat seorang teknisi wanita Rusia mengamati uji roda pendarat Su-27 berekor nomor TS-2702. Selain roda, airbrake (rem angin) juga berulang kali diuji dan diamati dengan jeli oleh teknisi tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved