Saat melakukan aksinya, ternyata pelaku penembakan yang menewaskan Bripka Sukardi, sempat mengancam petugas keamanan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pelaku berjumlah empat orang dengan satu orang sebagai eksekutor.
"Pelaku ngancam (Satpam), mundur loe mundur loe. Terus pas satpam mundur, mereka langsung kabur," kata seorang perwira polisi yang enggan disebutkan namanya di lokasi kejadian, Rabu dinihari (11/09).
Saat ini penyidik kepolisian masih mendalami rekaman CCTV milik KPK yang memantau dan merekam lokasi kejadian. Anggota Polairud Mabes Polri, Bripka Sukardi, ditembak mati, Selasa (10/09) sekitar pukul 22.20 WIB. Lokasi penembakan tepat di depan gedung KPK, di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta.
Saat ditembak, Sukardi tengah mengawal 6 truk bermuatan bahan konstruksi. Sukardi mengawal dengan mengendarai sepeda motor Honda Supra B 6671 TXL. Iring-iringan truk berjalan dari Tanjung Priok, Jakarta Utara, menuju Rasuna Tower di Jakarta Selatan.
Kepala Bidang Analisa Kimia Biologi Forensik Pusdokes Polri, Kombes Pol Slamet Hartoyo, mengatakan, dari hasil otopsi jenazah Bripka Sukardi, didapati 4 luka tembak. Dari keempat luka, 3 proyektil ditemukan di tubuh Sukardi. "Ada tiga proyektil (di badan korban), yang satu lepas," kata Slamet di Rumah Sakit Bhayangkari Polri, Kramat Jati, Rabu dinihari (11/09).
Menurut Slamet, proyektil yang ditembakkan ke dada dan bahu Sukardi ditemukan di punggung. Sementara peluru yang ditembakkan ke perut, bersarang di pantang. Satu lagi bekas luka tembakan, yang tembus di tangan kiri korban. Dari keempat luka tersebut, luka pada bagian dada adalah yang paling fatal dan menyebabkan kematian.
Slamet mengaku belum dapat memastikan apakah senjata dan peluru yang digunakan dalam penembakan kali ini sama dengan kasus sebelumnya di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. "Kami belum bisa pastikan."
© Copyright 2024, All Rights Reserved