Kenaikan harga cabai yang susah dikendalikan menjelang akhir tahun membuat pusing Kementerian Pertanian. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi, namun kurang efektif melawan sistem pasar yang terjadi setiap menjelang akhir tahun. Tapi, Kementan tak menyerah. Kali, mereka mencoba menerapkan program buffer zone atau zonasi wilayah produksi.
Dijelaskan Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono, program buffer zone atau zonasi wilayah produksi komoditas hortikultura, khususnya cabai di sejumlah wilayah di luar Jawa guna menyeimbangkan distribusi komoditas tersebut.
Spudnik mengatakan saat ini sentra produksi cabai hanya terpusat di Jawa yakni Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur, Bali serta Nusa Tenggara Barat (NTB). Sehingga daerah lain di Indonesia sangat menggantungkan pasokan cabai dari wilayah-wilayah itu.
"Dengan sistem buffer zone tersebut nantinya kebutuhan cabai di daerah seperti Kalimatan, Sulawasi dan Sumatera bisa dipasok dari daerah mereka sendiri," katanya, di Kantor Ditjen Hortikultura, Jakarta, Rabu (28/12).
Spudnik menambahkan, beberapa wilayah yang akan dikembangkan sebagai daerah penyangga produksi cabai di antaranya untuk Sumatera meliputi Sumatera Utara, Sumetara Barat, Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung.
Selain itu untuk Kalimantan yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta Sulawesi maupun Kawasan Indonesia Timur lainnya.
"Ini merupakan media untuk memperpendek rantai pasok cabai sehingga harganya tidak terlalu tinggi hingga tingkat konsumen terutama di luar Jawa."
Ia menambahkan, nantinya pengembangan daerah penyangga produksi komoditas sayarun tersebut, tidak hanya untuk cabai, namun juga bawang merah yang merupakan bahan kebutuhan pokok sehingga mempengaruhi inflasi.
Keberadaan Toko Tani Indonesia (TTI) juga akan dimanfaatkan untuk melakukan pembelian cabai maupun bawang merah produksi petani di kawasan-kawasan penyangga, sehingga harga tidak jatuh saat musim panen.
"Petani di kawasan penyangga produksi tidak harus menjual hasil panennya ke TTI, mereka juga bisa menjualnya ke pasar jika memang harganya lebih menguntungkan," paparnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved