Perum Perhutani akan membangun industri sagu di Papua Barat. Rencananya pabrik sagu BUMN kehutanan ini akan memproduksi 100 ton per hari. Langkah ini dilakukan untuk mengatasi tingginya harga bahan makanan pokok masyarakat Papua. Hrga bahan makanan pokok di Papua rata-rata lebih mahal dua kali lipat dari harga di luar Papua.
''Di Papua Rp 18 ribu sekilo, di luar Provinsi Papua hanya Rp 9.000,'' kata Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto, Jumat (06/09).
Bambang mengatakan, untuk memenuhi ketersediaan bahan baku pabrik sagu, Perhutani juga menggandeng masyarakat lokal untuk menjamin pasokan bahan baku pembuatan sagu. Bahan baku sagu akan ditanam sendiri oleh Perhutani.
“Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Papua dan simbol budaya masyarakat lokal Papua. Dari sagu dapat dihasilkan beras sintetis untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional,” ujar Bambang.
Menurut Bambang, pengembangan ini mensinergikan tiga aspek pengelolaan hutan lestari sesuai peran perusahaan tersebut mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, sosial budaya dan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan data Perhimpunan Pendayagunaan Sagu Indonesia (PPSI), produksi sagu nasional baru mencapai 200.000 ton per tahun atau hanya sekitar 5% dari potensi sagu nasional. Indonesia merupakan penyumbang terbesar sagu dunia, disusul Papua Nugini dan Malaysia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved