Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus meyakinkan investor asing bahwa Indonesia merupakan negara yang cukup menjanjikan dan menarik untuk berinvestasi. New York Stock Exchange (NYSE - Bursa Efek New York) salah satu pusat ekonomi dunia bahkan sempat dikunjungi Presiden SBY untuk menarik investor yang ada di NYSE.
Dalam kunjungan ke NYSE pada Kamis waktu setempat, Presiden SBY disambut Direktur Utama NYSE, Marshall N Carter, dan Wakil Presiden NYSE, Richard A Adomonis. Pada kunjungan tersebut, Presiden didampingi Menko Perekonomian Aburizal Bakrie, Menlu Hassan Wirajuda dan Seskab Sudi Silalahi.
Dirut NYSE Marshall N Carter bahkan sempat memberi kehormatan kepada Presiden SBY untuk menekan tombol bel tanda dibukanya perdagangan saham di pasar NYSE sekitar pukul 09.30 waktu setempat, yang dilanjutkan dengan peninjauan kegiatan pasar modal.
"Saya dapat meyakinkan anda bahwa pasar Indonesia masih menjanjikan dan salah satu pasar yang paling menarik di mana anda dapat melakukan investasi," jelas Presiden SBY dalam kata sambutannya.
Untuk lebih meyakinkan investor asing, Presiden SBY menekan bahwa Indonesia benar-benar serius dalam mencari sumber pembiayaan alternatif untuk sektor riil melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ). Caranya dengan membuat peraturan yang jelas untuk melindungi investor asing maupun dalam negeri.
"Kami meningkatkan peraturan pasar modal sebagai sebuah sumber pembiayaan alternatif untuk sektor riil. Selain itu, Kejaksaan Agung dan Polri dengan didukung Badan Pengembangan Pasar Modal melindungi hak investor apapun kewarganegaraan mereka," jelas Presiden meyakinkan investor asing.
Selain itu, Presiden menjelaskan bahwa selama tiga tahun berturut-turut BEJ menjadi salah satu dari 10 besar pasar modal berkinerja terbaik di dunia, berdasarkan persentase pertumbuhan harga saham, kapitalisasi pasar, dan nilai perdagangan. Presiden juga mengakui gejolak harga minyak pada Agustus turut mempengaruhi nilai rupiah terhadap dolar AS serta membuat BEJ melemah seperti juga pasar modal yang lainnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disinggung dalam sambutan Presiden SBY yang menyatakan bahwa tahun lalu pertumbuhan Indonesia mencapai 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan yang terbesar sejak krisis ekonomi yang melanda Asia beberapa tahun lalu.
"Meningkatnya permintaan domestik telah meningkatkan produksi (barang dan jasa)," ungkap Presiden SBY. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan hanya didorong oleh faktor konsumsi, namun juga karena ekspor dan investasi. Ekspor barang dan jasa meningkat sejalan dengan meningkatnya volume perdagangan dunia.
Presiden juga mengakui bahwa pertumbuhan tersebut belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja Indonesia yang baru sebanyak 2,4 juta orang pada tahun lalu. "Tidak ada pilihan lain bagi kami kecuali meningkatkan kebijakan untuk menciptakan pertumbuhan dan stabilitas," tambahnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved