Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan bahwa empat kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkannya pada hari Rabu (31/8) tidak langsung bereaksi di pasar sebagaimana diharapkan.
"Pasar bersifat dinamis, tentu kebijakan yang dijalankan tidak serta merta, tidak instant, langsung bisa bereaksi seperti yang diharapkan," kata Presiden kepada wartawan sebelum memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis siang (1/9).
Persiden juga mengatakan, kebijakan pemerintah tidak hanya perlu dijelaskan kepada para pengamat, ekonom dan pelaku usaha, tetapi juga kepada seluruh rakyat. "Hari ini tinggal pelaksanaan kebijakan pemerintah satu demi satu. Harapan saya, menteri juga bisa menjelaskan langkah itu secara gamblang kepada publik," ungkap Presiden. Presiden akan menerima progress kebijakan pemerintah itu satu per satu.
Presiden mengatakan, mulai Kamis (1/9) ini pemerintah fokus menghitung secara pasti berapa kenaikan BBM yang akan dilakukan, komoditasnya, besarnya, serta kerangka waktunya. Pemerintah juga menghitung besarnya subsidi BBM yang akan diturunkan dan mengenai hal itu akan dibicarakan bersama DPR, kata Presiden. "Yang cocok berapa supaya APBN kita aman," kata Presiden Yudoyono.
Di bidang moneter, kata Presiden, yang saat berbicara didampingi Gubernur BI Burhanuddin Abdullah, “BI sudah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi gejolak rupiah”.
Mengenai APBN 2005, Presiden mengatakan, bahwa pasar ingin mengetahui keadaannya secara pasti. Sehingga, “Defisit harus betul-betul bisa ditetapkan dengan benar, sehingga defisit anggaran bisa ditutup” jelas Presiden. Oleh karena itu, Presiden berharap Menkeu Jusuf Anwar bisa menjelaskan kondisi APBN 2005 dan juga RAPBN 2006.
Selain itu, Presiden juga menjelaskan bahwa pihaknya pada Rabu malam (31/8) telah menandatangani 3 RUU yang segera akan dibahas dengan DPR, yakni RUU Perpajakan, RUU Bea, dan RUU tentang Cukai.
© Copyright 2024, All Rights Reserved