Setelah mendapat kritik atas kerja kabinet bahkan beberapa pengamat mengusulkan agar kabinet dirombak, akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara. Presiden SBY berjanji akan lebih meningkatkan koordinasi dalam kabinetnya untuk mengatasi permasalahan yang ada seperti salah satunya penurunan nilai tukar rupiah.
"Saya akan tingkatkan koordinasi di antara menteri," kata presiden di sela acara editorial club Asia di Jakarta, Senin (29/8), saat menjawab salah seorang penanya mengenai kinerja pemerintahan saat ini.
Menanggapi penurunan nilai tukar rupiah, Presiden mengatakan, diperlukan komunikasi yang lebih baik antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. Selain itu, Presiden SBY menyatakan bahwa dirinya memang mendengar dari banyak orang dan juga ekonom mengenai kondisi pemerintahan saat ini.
Mengenai isu perombahkan kabinet, SBY berjanji akan mengevaluasi kinerja para menterinya terutama setelah setahun kabinet berjalan. Presiden mengatakan bahwa diperlukan menteri-menteri yang mampu dan kompak untuk melakukan pekerjaannya. Namun, Presiden SBY tak menyinggung masalah perombakan kabinet, tapi perombakan tersebut bukan merupakan hal yang tak mungkin dilakukan, tergantung dari hasil evaluasi.
Saat ini, Pemerintahan Presiden Yudhoyono menghadapi permasalahan ekonomi yang berat, baik karena masalah nasional maupun internasional. Ekonomi internasinal yang sangat mempengaruhi kinierja perekonomian Indonesia adalah melambungnya harga minyak mentah dunia yang berada di level 70 dolar AS per barel, Senin (29/8).
Tingginya harga minyak mentah dunia itu menyebabkan tekanan terhadap cadangan devisa Indonesia karena berimbas pada tingginya subsidi BBM yang harus dikeluarkan. Selain itu harga minyak itu juga telah menekan posisi rupiah dan sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS, sehingga memaksa BI melakukan intervensi pasar untuk mendongkrak rupiah, yang pekan lalu berada di kisaran Rp10.400 per dolar AS.
© Copyright 2024, All Rights Reserved