Pemerintah Jepang pada Jumat (06/01) menyatakan, menarik duta besarnya untuk Korea Selatan untuk sementara waktu, sehubungan dengan keberadaan patung untuk memperingati perempuan-perempuan yang dipaksa bekerja di bordil militer Jepang selama Perang Dunia II. Jepang menilai keberadaan patung tersebut melanggar kesepakatan untuk menyelesaikan masalah itu.
Seperti dilansir Reuters, kedua negara pada 2015 sepakat bahwa isu perempuan penghibur, yang sudah lama mengganggu hubungan antara kedua negara, akan diselesaikan secara ireversibel selesai, jika semua syarat kesepakatan, termasuk permintaan maaf dan pemberian bantuan bagi korban oleh Jepang, dipenuhi.
Patung yang menggambarkan seorang perempuan muda tanpa alas kaki duduk di sebuah kursi didirikan di dekat konsulat Jepang di Kota Busan, Korsel, akhir tahun lalu.
Ketua sekretaris kabinet Jepang, Yoshihide Suga mengatakan keberadaan patung itu sangat disesalkan. Dan Jepang sementara menarik duta besarnya.
Suga menyatakan Jepang akan menunda dialog ekonomi bilateral tingkat tinggi dan pembicaraan mengenai kesepakatan currency swap yang baru dengan Korsel. "Tanpa pembangunan kepercayaan dalam hubungan, itu tidak akan stabil," alasan Menteri Keuangan Taro Aso kepada para pewarta merujuk pada kesepakatan currency swap.
Istilah "perempuan penghibur" adalah eufemisme bagi perempuan dari Korea Selatan, China, Filipina dan negara lain yang dipaksa bekerja di bordil-bordil militer Jepang.
Aktivis Korsel memperkirakan jumlah perempuan warga Korea yang menjadi korban hingga sebanyak 200.000 orang.
Sementara itu, Menteri Keuangan Korea Selatan pada Jumat menyesalkan pembicaraan mengenai kesepakatan currency swap ditunda karena alasan-alasan politik.
© Copyright 2024, All Rights Reserved