Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ribka Tjiptaning mengunjungi pria yang membakar diri yang tengah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kata Ribka, pria yang mengalami luka bakar disekujur tubuhnya itu sempat mengangguk saat ditanya apakah dirinya seorang mahasiwa.
Kata Ribka, kondisi pelaku yang melakukan aksi nekat di depan Istana Negara itu belum sadar. “Masih tidak sadar, di kedokteran istilahnya tidur dalam. Kalau kita tanya-tanya masih merespons mengangguk, seperti saat saya tanya apakah dia mahasiwa dia mengangguk," ujar Ribka di RSCM, Jakarta Kamis (08/12).
Masih menurut Ribka, pelaku bakar diri itu juga mengangguk saat ditanya apakah dirinya orang Batak. "Dia juga mengangguk saat ditanya orang Batak," tuturnya.
Meski bisa mengangguk, Ribka menyebut, tidak semua pertanyaan diiyakan oleh pria yang identitasnya belum diketahui tersebut. “Kalau tidak setuju dia hanya diam saja," sambungnya.
Dugaan Ribka, pria ini memiliki tuntutan ke pemerintah sehingga nekat melakukan aksi bakar diri di depan Istana Merdeka. “Kemungkinan dia rakyat yang memiliki tuntutan pada pemerintah, kalau tidak ngapain dia bakar diri di depan Istana. Kalau memang motifnya sakit hati mending bakar diri di depan pacar saja," ucap dia.
Ribka menyatakan saat mengunjungi korban, dirinya didampingi Dirut dan Wakil RSCM. Dia menyatakan biaya pengobatan untuk korban bakar diri akan ditanggung negara melalui Jamkesmas. "Kalau nanti ada keluarga yang mengaku jangan sampai ada hitung-hitungan lagi, tetap negara yang membiayai," ujarnya.
Usut Motif
Aksi nekat pria yang membakar dirinya di depan Istana Negara, Rabu sore (07/12) itu, mendapat perhatian serius dari pihak istana. Aksi ini dianggap peristiwa yang tidak biasa dan sangat serius.
Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief dalam perbincangannya dengan politikindonesia.com, Rabu malam (07/12) mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memerintahkan Kepolisian untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mengetahui motif di balik kejadian ini.
Perintah SBY itu, ujar Andi, disampaikan kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman melalui Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. “Saya mendapatkan informasi dari Pak Sudi bahwa Presiden SBY telah memberikan arahan kepada Kapolda Metro Jaya untuk mengambil langkah yang diperlukan,” terang Andi Arief. Saat peristiwa bakar diri itu berlangsung, Presiden dan Mensesneg sedang berada di Bali untuk menghadiri Bali Peace Forum.
Kata Andi mengutip arahan Presiden itu, prioritas pertama dalam penanganan masalah ini adalah menyelamatkan jiwa pelaku yang mengalami luka bakar hingga 98 persen dari seluruh tubuhnya. “Setelah itu barulah dilakukan investigasi untuk mengetahui motif di balik kejadian ini,” ujar dia.
Terlepas dari motif yang melatarinya, sambung Andi, jelas aksi bakar diri tersebut adalah peristiwa yang tidak biasa dan sangat serius. “Polisi harus segera mengungkap motif, tentu juga dibantu dengan investigasi. Apakah ini persoalan pribadi, ataukah menyangkut hal politis. Terlebih karena dilakukan di areal yang cukup sensitif, dalam hal ini Istana Negara,” ujar dia.
Yang pertama kali harus dilakukan, katanya, adalah mengupayakan pengobatan semaksimal mungkin agar pelaku aksi bakar diri dapat ditolong dan luput dari maut. “Bila aksi ini memiliki muatan politis harus ada introspeksi diri bersama. Ini refleksi besar baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Kalau (dilatari motif) politis, jangan-jangan memang ada saluran yang macet, baik di lembaga eksekutif, legislatif, serta hukum dan peradilan,” pungkas Andi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved