Pembangunan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia dengan memanfaatkan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab perusahaan, dapat menjadi kerjasama uang saling menguntungkan. Perusahaan bisa mencapai kesinambungan ekonomi, sosial dan lingkungan dalam jangka panjang dengan melakukan praktik usaha secara bertanggung jawab. Di sisi lain, UKM semakin berkembang dan menjadi penopang ekonomi negara.
Demikian disampaikan oleh calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Risa Bhinekawati, kepada politikindonesia.com, di Jakarta, Jumat (07/03).
Mantan Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli itu menyebut, di negara-negara berkembang, sektor UKM menjadi pondasi utama dalam menopang ekonominya. Demikian pula dengan Indonesia. Pengalaman saat krisis ekonomi lalu menjadi terbukti, bahwa UKM adalah sektor usaha yang berhasil survive dari efek krisis global. Sektor UKM bisa diandalkan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Disamping daya tahannya untuk survive, UKM telah memiliki pasar yang luas dalam memasarkan produk dan jasanya.
Perempuan kelahiran Pontianak, 4 Februari 1966 ini menyebut, untuk bisa berkembang, UKM perlu mengatur manajemen keuangan dan resiko bisnisnya. Kemampuan mengelola keuangan ini sangat penting dan menjadi kunci, karena seberapa pun modal yang digelontorkan apabila tidak mampu mengaturnya dengan baik pasti akan sulit maju.
Pembangunan UKM dengan memanfaatkan CSR perusahaan sebagai modal sosial, adalah tema yang dipilih Risa dalam riset untuk menyelesaikan program doktornya di Australian National University. Risa adalah orang Indonesia pertama yang menjadi kandidat doktor dalam bidang CSR di universitas itu.
Risa mengaku, dalam penelitiannya, ia menggunakan metode studi kasus eksploratif dan kualitatif. Tujuannya untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana konsep CSR, modal sosial dan kesinambungan perusahaan dapat terjadi dalam jangka panjang, kurun waktu 15-40 tahun.
Pengalaman PT Astra International, menjadi studi kasus tunggal yang dipilihnya. Alasannya, Astra adalah perusahaan otomotif taraf internasional yang terbesar di Indonesia dan dikelola dengan baik serta punya program CSR yang berkesinambungan. “Astra saya pilih sebagai theoretical sampling atau purposive sampling,” ujar dia.
Kepada Elva Setyaningrum, perempuan satu ini menjelaskan panjang lebar tentang temuan riset dan bagaimana CSR bisa membangun modal sosial untuk kelanggengan perusahaan dan kesejahteraan masyarakat. Berikut petikan wawancaranya?
Mengapa anda tertarik meneliti tentang pengembangan UKM ini?
Saya meyakini, UKM di Indonesia dan di negara-negara berkembang lainnya, adalah penggerak roda perekonomian. Di Indonesia, sektor UKM telah terbukti tahan akan krisis global dan bisa diandalkan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Disamping daya tahannya untuk survive, UKM telah memiliki pasar yang luas dalam memasarkan produk dan jasanya.
Bagaimana mengimplementasikan riset tersebut di Indonesia?
Dalam riset ini diungkapkan, modal sosial yakni kemitraan, saling percaya dan jejaring sosial, mempunyai peran penting dalam membangun kesinambungan baik dalam perusahaan maupun masyarakat.
Sedangkan, peran perusahaan dalam menangani masalah sosial di negara berkembang telah banyak didiskusikan dalam literatur, namun riset empiris diperlukan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya peranan perusahaan dalam memberi kontribusi bagi pembangunan yang berkelanjutan di negara dimana mereka beroperasi.
Peran tanggungjawab sosial (CSR), modal sosial dan kesinambungan perusahaan selama ini belumlah terhubung satu sama lain.
Lalu, apa yang Anda dapatkan dari riset tersebut?
Dari riset ini, saya menemukan bahwa di Indonesia, perusahaan dapat mencapai kesinambungan ekonomi, sosial dan lingkungan dalam jangka panjang dengan melakukan praktek-praktek usaha yang dilakukan dengan bertanggungjawab, walaupun menghadapi banyak tantangan seperti kemiskinan, lemahnya rantai pasokan, kurangnya tenaga terampil dan konflik sosial.
Indonesia adalah negara peringkat 16 pertumbuhan ekonomi terbesar. Indonesia mempunyai banyak sumber daya, rich in natural resources. Sayangnya, Indonesia mempunyai kelemahan dalam legal system. Dari segi pendapatan, dari hampir 250 juta penduduk Indonesia, sebagian besar pendapatannya kurang dari US$2 per hari. Diperkirakan, sekitar 40 juta orang memiliki penghasilan US$1,25 per hari.
Bagaimana CSR bisa membangun modal sosial untuk kelanggengan perusahaan dan kesejahteraan masyarakat?
Modal sosial adalah rasa saling percaya yang memfasilitasi kerjasama untuk mencapai keuntungan bersama. Sehingga dengan modal sosial yang ada, bisa mendorong para pihak untuk melakukan tindakan kolektif dalam mencapai tujuan bersama.
Jadi, modal sosial yang didapat adalah, yang terbangun dari hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan melalui program CSR. Dengan peningkatan modal sosial yang ada, perusahaan akan mencapai apa yang disebut dengan triple bottom line. Yaitu dengan kinerja keuangan yang baik, mensejahterakan masyarakat dan ramah lingkungan.
Bagaimana tanggapan Anda dengan maraknya perusahaan yang hanya berpura-pura melakukan CSR?
Dalam CSR tidak ada kepura-puraan. CSR merupakan kegiatan sosial untuk kesejahteraan masyarakat sekitar demi kepentingan perusahaan. Jadi jangan pura-pura baik seperti yang dilakukan banyak perusahaan-perusahaan selama ini. Perusahaan harus instropeksi dan melihat secara jujur.
Kejujuran perusahaan-perusahaan ini juga bisa dinilai dari segi ketaatan mereka kepada pajak. Pemerintah memberikan keleluasaan kepada perusahaan tersebut, berarti perusahaan harus mempunyai kejujuran.
Perusahaan, bagaimanapun harus sehat. Kalau perusahaan ingin memajukan orang lain, perusahaan tersebut harus benar-benar menjadi perusahaan yang punya komitmen yang tulus untuk memajukan UKM.
Kinerja manajemen harus dilihat dari strategi bisnis jangka panjang dan diintegrasikan pada akses industri yang berhubungan. Kemudian harus ada trust yakni saling percaya. Sehingga akan tercipta rasa modal sosial yang akan membangun kesinambungan perusahaan.
Bagaimana dengan masalah sosial yang dihadapi perusahaan?
Saya mengutip pendapat Porter dan Kramer. Menurutnya ada 3 kategori masalah sosial yang bisa ditangani oleh perusahaan. Pertama, masalah sosial umum. Yaitu masalah sosial di masyarakat tapi tidak berhubungan langsung dengan perusahaan. Misalnya kesehatan masyarakat bisa disikapi oleh perusahaan dengan memberikan layanan kesehatan.
Kedua, masalah sosial yang berhubungan dengan value chain perusahaan. Yaitu masalah yang ditimbulkan oleh rantai pasokan perusahaan. Seperti limbah perusahaan yang harus ditanganinya sendiri, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas UKM agar bisa tumbuh bersama perusahaan.
Ketiga, masalah lingkungan dimana tempat perusahaan beroperasi. Contohnya, keterlibatan masyarakat sekitar untuk bisa mendapatkan manfaat dari hadirnya perusahaan tersebut dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Apa harapan Anda dengan riset tersebut?
Saya berharap bahwa hasil riset ini bisa memberikan berbagai input penting untuk menciptakan kemitraan strategis antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat agar mampu menciptakan Indonesia yang lebih baik.
Sebenarnya model CSR yang dihasilkan dari riset tersebut dapat dipergunakan oleh para pemilik maupun manager perusahaan untuk mencapai keberhasilan usaha mereka secara berkesinambungan di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
Saya punya prinsip, berlian itu harus ditaruh di dalam otak dan di dalam hati. Sehingga, citra kita tetap bersinar ke manapun kita pergi. Itu yang selalu saya ajarkan juga kepada anak saya.
Perusahaan harus memiliki prinsip tersebut jika ingin citranya terus bersinar. Salah satunya, perusahaan harus dapat berkontribusi kepada masyarakat, melalui tanggung jawab sosial perusahaan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved