Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turut berkomentar terkait perkembangan situasi di Tanah Air, termasuk terjadinya gejolak ekonomi akibat jatuhnya nilai rupiah akhir-akhir ini. SBY meminta pemerintah tidak mudah mencari kambing hitam atas jatuhnya nilai tukar rupiah saat ini.
Pandangan tersebut disampaikan SBY melalui akun twitternya, @SBYudhoyono, Rabu (17/12) malam. SBY menulis sendiri seriwal tweet panjang yang diberi kode *SBY tersebut.
“Maaf, pandangan ini saya sampaikan di media sosial, tak selalu mudah masuk ke liputan media konvensional, terutama di dalam negeri,” tulis SBY.
SBY mengatakan, dalam perkembangan situasi di Tanah Air, termasuk terjadinya gejolak ekonomi akibat jatuhnya nilai rupiah akhir-akhir ini, memang yang paling mudah adalah mencari kambing hitam, atau harus ada pihak yang disalahkan, terutama terkait jatuhnya rupiah.
“Selain alasan-alasan lainnya, seorang pejabat pemerintah juga menuding bhw semua ini akibat kebijakan pemerintahan SBY yg salah,” tulis SBY.
Atas tudingan ini, SBY meminta kepada siapapun yang bersamanya 10 tahun terakhir di pemerintahan untuk bersabar. Tak perlu ikut menuding kesana kemari. “Menyalahkah orang lain tak akan menyelesaikan persoalan. Itulah pelajaran yg saya petik selama dulu memimpin negeri ini,” tulis SBY.
SBY mengatakan, ia tak akan lupa, jasa para Menteri, Gubernur, Ekonom, Pebisnis dan lain-lain, yang amat sering bersama saya mengatasi persoalan ekonomi. “Termasuk kebersamaan kita, siang & malam mengatasi gejolak minyak dunia th 2005 & 2008 & mengatasi krisis global th 2008 & 2009,” tulis SBY.
Atas keputusan, kebijakan dan tindakan yag kita lakukan - tanpa menyalahkan orang lain – Alhamdulillah, kita bisa selamatkan ekonomi kita.
“Terimalah ucapan terima kasih saya & tetaplah bersabar jika apa yg kita lakukan dgn sungguh-sungguh dulu, kini dgn mudah disalahkan,” ujar SBY.
“Jika ada yg salah dgn kebijakan pemerintahan SBY, semua itu tanggung jawab saya. Saya tak akan pernah menyalahkan yg lain,” tegas SBY.
Biarlah Tuhan dan rakyat yang menilai, apa yang kita lakukan dan ikhtiarkan untuk mengatasi persoalan bangsa di masa pemerintahan dulu. “Prinsip kepemimpinan yang saya anut - pantang menyalahkan baik pendahulu maupun pengganti saya. Tabiat menyalahkan tak baik dan tak arif.”
SBY menyatakan, ia juga tidak suka menyalahkan pendahulu. Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur dan Ibu Megawati, semua ingin berbuat yg terbaik. “Dalam situasi ini, pemerintah dan rakyat tidak boleh saling menyalahkan apalagi cari kambing hitam. Selain tak etis, yang terpenting adalah solusi,” tegas SBY.
Dalam tweet selanjutnya, SBY menyatakan ingin berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana dirinya dab para pembantu Presiden mengatasi krisis. “Sebagian mengenalnya sebagai SBYnomics,” tulis SBY.
Ketua Umum Partai Demokrat itu mengatakan, soal tantangan yang tidak ringan terhadap ekonomi Indonesia, telah disampaikannya setahun yang lalu, tepatnya Oktober 2013.
Sebagai Ketua APECm tahun 2013, ia sampaikan bahwa semua "emerging economies", termasuk Indonesia, menghadapi tantangan yg berat. Tantangan itu antara lain berupa pelambatan pertumbuhan, menurunnya nilai tukar, jatuhnya harga komoditas pertanian dan mineral.
“Bahkan saya sampaikan era dolar murah sudah usai. Saya perkirakan nilai tukar rupiah kita tahun 2014 tembus Rp 12.000 per 1 dolar AS.”
SBY mengatakan, saat menjadi Presiden, dirinya tak pernah menjanjikan rupiah akan menguat bahkan di bawah Rp10.000 per dolar AS, karena ia tahu situasi ekonomi dunia. “Nilai tukar rupiah kita saat ini ditentukan oleh faktor "supply-demand", kebijakan moneter bank sentral AS & juga spekulasi pasar.”
Tekanan ekonomi ini ada yang sifatnya global - akibat kebijakan Bank Sentral AS, turunnya pertumbuhan Tiongkok & stagnasi ekonomi Eropa.
Ada juga yang bersifat nasional, misalnya adanya defisit perdagangan dan anjloknya nilai ekspor kelapa sawit, batubara dan lain-lain.
Ekonomi yang kurang cerah di Tiongkok, Jepang dan Eropa bagaimanapun akan menurunkan peluang ekspor dan investasi di Indonesia.
Itulah sebabnya, selaku Presiden saya tetapkan pertumbuhan yang realistik, sekitar 5-6 persen. SBY mengaku memahami situasi global, kawasan dan nasional.
“Saya tidak memberikan angin surga - ekonomi kita akan tumbuh tinggi hingga 7 persen. Semua negara menurunkan angka pertumbuhannya,” tulis SBY.
SBY menyebut, saat hadiri World Chinese Economic Forum di Chongqing, Tiongkok 2 minggu lalu, ia diberitahu pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya 7 persen. “Pertumbuhan ekonomi Tiongkok 7 % (biasanya 8-10 %) berdampak negatif pada perdagangan & investasi ke negara lain, tmsk Indonesia,” ujar SBY.
SBY menyadari porsi sumber pertumbuhan (growth) dari neto ekspor-impor mengalami penurunan, karenanya menjaga investasi penting. Namun, situasi perekonomian global tetap menekan investasi di Indonesia, kendati iklim, perizinan & infrastruktur terus kita perbaiki.
“Karenanya, sumber pertumbuhan yg sungguh kita jaga adalah konsumsi rumah tangga dan pembelanjaan pemerintah. Hasilnya lumayan.
SBY mengatakan, dirinya setuju bahwa subsidi yang tidak tepat harus dipangkas, “Karenanya harga BBM saya naikkan th 2013, juga tarif listrik dan gas di th 2014.”
Penghematan anggaran juga dilakukan dalam APBNP 2014 (sebanyak Rp43 triliun), tetapi pembelanjaan pemerintah tetap penting.
Di kala krisis, konsumsi pemerintah (government spending) tetap penting, agar "demand" tetap terjaga dan sektor riil tidak makin menurun. Agar daya beli rakyat, khususnya keluarga miskin tetap terjaga, kami berikan berbagai bantuan langsung agar bisa cukupi kebutuhannya.
Ketika terjadi kenaikan harga-harga, maka secara moral, sosial dan ekonomi, pemerintah wajib membantu golongan miskin dan tidak mampu. “Kebijakan subsidi memang tidak disukai Neolib & ekonomi yg kapitalistik, tetapi bagi saya tetap diperlukan. Ini soal keadilan sosial,” tulis SBY.
Dengan demikian, sektor riil tetap bergerak dan tidak perlu ada PHK, karena barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan tetap dibeli rakyat. “Seperti inilah kebijakan ekonomi yg kami jalankan, utk menjaga pertumbuhan, lapangan pekerjaan & penurunan kemiskinan.”
SBY mengatakna, meskipun tidak sempurna tetapi hasilnya nyata dan ada. Pertumbuhan ekonomi kita nomor 2 di antara negara-negara anggota G-20, adalah buktinya.
“Saya sadar pembangunan infrastruktur amat penting & melalui MP3EI kami alirkan ratusan triliun pertahun dari swasta, BUMN & APBN.”
Kebijakan sumber pembiayaan infrastrutur ini tidak dari APBN semata, karena saat itu Pemerintah masih memprioritaskan pengurangan kemiskinan.
Kebijakan pembangunan infrastruktur dan konektifitas kami tuangkan dlm MP3EI bersama Menteri, Gubernur, Ekonom, BUMN & Swasta.
Ekspansi ekonomi yang mengakibatkan kebutuhan sumber pendanaan asing dan dolar AS juga kita batasi, agar rupiah kita tak makin tertekan.
Sektor riil dan ekonomi mikro penting, tetapi tidak boleh mengabaikan ekonomi makro yang menjaga stabilitas & kesehatan ekonomi nasional. “Kebijakan ekonomi di era "gejolak" jg hrs mensinergikan kebijakan fiskal & moneter. Saya koordinasikan utk tdk jalan sendiri-sendiri,” cerita SBY.
SBY mengatakan, itulah garis besar kebijakan ekonomi yang dipilih dab jalankannya ketika ekonomi Indonesia mengalami tekanan. Ada alasan dan "rationale-nya".
“Namun, jika kebijakan ini dianggap salah, silahkan dicari kebijakan yg lebih baik. Sepenuhnya hak Presiden Jokowi & pemerintahannya,” ujar SBY.
SBY mengatakan, kebijakan ekonomi itu sebuah pilihan, selalu ada plus & minusnya. Yang penting hasilnya baik dan rakyat merasakan manfaatnya.
“Tetapi, negara bukanlah perusahaan - mengelola ekonomi negara tidak sama dengan mengelola bisnis. Saya yakin pemerintah paham,” tulis SBY.
SBY mengatakan dirinya tetap memikikan kondisi dalam negeri. Dalam 2 bulan ini, ia aktif berdiskusi dengan para pemimpin politik, bisnis dan ekonomi, baik di dalam maupun di luar negeri.
Saya diundang utk dimintai pandangan saya tentang ekonomi dunia & Indonesia. Antara lain di Seoul, Hongkong, Singapura & Chongqing.
“Ketika menanyakan ekonomi Indonesia th 2015 (outlook), saya jawab scr logis & realistik. Tetap positif, tetapi hati-hati (cautious),” tulis SBY
SBY mengatakan, dirinya selalu menyampaikan sikap optimisme, Presiden Jokowi dan pemerintahannya akan bisa mengatasi tantangan ekonomi di tahun-tahun sulit ini.
Bagaimanapun ekonomi Indonesia jangka panjang tetap cerah. Peluang meningkatnya pertumbuhan, investasi & perdagangan juga kuat.
Kembali ke soal jatuhnya nilai tukar rupiah, rakyat tidak perlu terlalu panik. Pasar tidak perlu terlalu cemas. Selalu ada solusinya. “Yang penting dgn "sense of crisis" yg dimiliki, Presiden & pemerintah segera menentukan solusi, "policy respons" & aksi nyata yg jitu.”
Rakyat dan pasar dalam dan luar negeri) sungguh menunggu penjelasan, kebijakan dan langkah-langkah cepat dan tepat pemerintah.
“Sekali lg, rakyat Indonesia jgn cepat salahkan pemerintah. Beri Pak Jokowi kesempatan dan berikan pula dukungan utk atasi masalah ini,” tulis SBY.
SBY juga mengingatkan, tentu saja, pemerintah pun tak perlu gemar menyalahkan pihak lain. Sejak 20 Oktober 2014, tugas dan tanggung jawab sudah berada ditangannya. “Itulah yg dulu saya lakukan. Selamat bekerja. Insya Allah Bapak & Ibu yang sedang mengemban amanah bisa melaksanakan & juga sukses,” tulis SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved