Suriah mulai merealisasikan niatnya untuk menyerahkan senjata kimia agar diawasi badan internasional. Sebagai langkah awal, Presiden Bashar al-Assad dilaporkan sudah menjadi bagian dari konvensi anti senjata kimia global.
Duta Besar Suriah di PBB, Bashar Jaafari menyatakan hal tersebut kepada media yang menemuinya di markas PBB di New York. “Hal ini dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan demi menghindari serangan militer AS. Secara legal, terhitung sejak hari ini Suriah telah menjadi anggota penuh dari konvensi senjata kimia," kata Jaafari sebagaimana dikutip Kantor Berita Reuters, Kamis (12/09) waktu setempat.
Pernyataan Jaafari juga sudah dikonfirmasi oleh Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Menurut jubir Ban Ki-Moon, Sekjen PBB telah menerima sebuah surat dari Pemerintah Suriah yang berisi informasi bahwa Presiden Assad telah menandatangani keputusan legislatif.
Artinya, lanjut jubir Sekjen PBB, Suriah akan memberikan akses terhadap Konvensi tentang Pelarangan, Pengembangan, Produksi, Penimbunan dan Penggunaan Senjata Kimia dan Pemusnahannya tahun 1992.
"Dalam surat mereka, otoritas Suriah telah menyatakan akan berkomitmen untuk meninjau kewajiban yang menyertai di dalam konvensi tersebut, bahkan sebelum kesepakatan itu diberlakukan di Suriah," ujar jubir tersebut.
Pernyataan itu keluar, setelah Assad diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi Rusia, Rossiya-24. Assad menegaskan dirinya siap untuk menandatangani konvensi tersebut.
Ringkasan dari wawancara itu sudah dirilis oleh stasiun televisi yang bersangkutan, namun belum disiarkan secara utuh.Rossiya 24 tidak memberikan informasi kapan isi keseluruhan wawancara akan disiarkan.
Rossiya 24 menyatakan, hasil wawancara akan ditayangkan segera. Dalam kesempatan itu, Assad menegaskan bahwa alasan Suriah bersedia menandatangani konvensi itu, bukan karena tekanan dari Amerika Serikat, melainkan karena ingin menghormati Rusia.
"Suriah bersedia menyerahkan senjata kimianya di bawah pengawasan badan internasional karena Rusia. Ancaman dari AS sama sekali tidak memengaruhi keputusan itu," ujar Assad yang dikutip kantor berita Interfax.
Pada kesempatan itu, Assad juga kembali membantah bahwa pemerintahannya berada di balik serangan gas beracun tanggal 21 Agustus kemarin. Assad malah menuduh adanya peran negara lain yang menyuplai senjata kimia itu kepada teroris di Suriah.
© Copyright 2024, All Rights Reserved