Setelah Bank Dunia menggunting proyeksi pertumbuhan ekonomi global, kini giliran Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) melakukan hal serupa.
IMF memangkas pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 3,1 persen dari sebelumnya 3,3 persen.
Anjloknya harga komoditas dan kelesuan ekonomi Tiongkok berdampak negatif bagi negara berkembang. Pelemahan nilai tukar dan biaya pinjaman yang membengkak juga menghambat laju pertumbuhan ekonomi negara dunia ketiga.
Prospek pertumbuhan ekonomi negara berkembang pun turun diturunkan menjadi 4 persen dari semula 4,2 persen pada tahun ini.
"Risiko penurunan ekonomi dunia tampak lebih jelas daripada yang terlihat pada beberapa bulan lalu," kata Kepala Ekonom IMF yang baru Maurice Obstfeld saat menyampaikan pengantar laporan World Economic Outlook seperti dikutip The Wall Street Journal.
Penurunan tajam permintaan Tiongkok menjadi momok bagi pasar komoditas global. Maklum, banyak negara menggantungkan ekspor ke Tiongkok untuk merangsang pertumbuhan.
Banyak ekonom yang memprediksi harga logam dan energi sulit terkerek naik.
Investor global juga semakin khawatir dengan gelembung kredit di industri real estate, konstruksi dan manufaktur. IMF meramalkan, ekonomi China pada tahun depan hanya tumbuh 6,3 persen atau lebih rendah dari proyeksi tahun ini yakni 6,8 persen.
Menurut Obstfeld, kebanyakan negara berkembang terlalu menikmati laba dari booming Tiongkok tanpa mengubah arah ekonomi mereka supaya lebih kompetitif, inovatif, efisien dan beragam. Ditambah lagi, tak sedikit perusahaan yang ingin meningkatkan kapasitas produksi dengan dana pinjaman dalam bentuk dolar AS.
“Kenaikan suku bunga AS dipastikan bakal menekan neraca keuangan perusahaan,” ujar Obstfeld.
Obstfeld mengatakan, IMF telah mengingatkan negara berkembang tentang gelombang gagal bayar utang korporasi karena biaya pinjaman membengkak hingga 30 persen. Salah satu contoh negara yang terlalu bergantung kepada Tiongkok tanpa merombak ekonominya adalah Brasil.
Saat ini, banyak perusahaan Brasil terjerat utang dolar AS. Makanya, pertumbuhan ekonomi negara di Amerika Latin ini diturunkan menjadi minus 3 persen pada tahun ini.
© Copyright 2024, All Rights Reserved