Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyatakan, akan menyiapkan prajurit-prajurit terbaik, yang memiliki dedikasi, loyalitas, profesional dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas mengamankan perwakilan RI di luar negeri yang rawan atau berbahaya. Salah satu yang mendesak dan butuh pengamanan adalah perwakilan RI di Kabul, Afganistan.
Langkah ini mendesak mengingat situasi dan kondisi keamanan yang semakin tidak kondusif di Afganistan, menyusul serangkaian serangan kelompok Taliban dan ISIS terhadap kompleks diplomatik di negara itu, sepanjang tahun ini.
Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerjasama tentang penugasan prajurit TNI pada perwakilan Indonesia di luar negeri tersebut, ditandatangani Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Gedung Pancasila Kemenlu, Jakarta, Rabu (20/12).
“Pengamanan perwakilan Indonesia di luar negeri yang mendesak untuk mendapatkan pengamanan dari TNI yaitu Kedutaan RI di Kabul Afganistan,” ungkap Panglima TNI.
Panglima TNI mengatakan langkah ini dilakukan sebagai respons atas situasi dan kondisi keamanan yang semakin tidak kondusif menyusul serangkaian serangan kelompok Taliban dan ISIS terhadap kompleks diplomatik sepanjang tahun ini.
Hadi mengatakan pengamanan korps diplomatik RI di negara asing, terutama wilayah rawan konflik, merupakan salah satu bentuk menjaga kedaulatan negara dan kepentingan nasional Indonesia.
Sementara Menlu Retno Marsudi mengatakan, meski negara tuan rumah memiliki kewajiban melindungi dan telah memberi fasilitas pengamanan bagi setiap misi diplomatik asing, diperlukan pengamanan tambahan untuk mengantisipasi ancaman terhadap staf diplomatik Indonesia di wilayah rawan konflik.
Hadi dan Retno sama-sama belum mengungkap hal teknis seperti tugas dan jumlah personel TNI yang akan dikirim. Selain untuk Kabul, Kemenlu bersama TNI tengah meninjau beberapa kantor perwakilan RI di wilayah rawan konflik lainnya, yang dirasa memerlukan pengamanan tambahan.
“Kerja sama ini sebenarnya sudah dibicarakan cukup lama, tapi baru kita intensifkan pada 2016, dan tahun ini baru bisa disepakati. Semoga, MoU ini bisa jadi pedoman dan payung kerja sama mengenai hal terkait ke depannya, seperti pengiriman personel ke negara lainnya,” kata Retno.
Salah satu insiden yang memprihatinkan adalah ledakan bom mobil di kompleks diplomatik di Kabul pada akhir Mei lalu hingga menewaskan 80 orang. Insiden itu turut merusak empat gedung kedutaan besar di Afghanistan dan menewaskan seorang petugas keamanan kedutaan Jerman.
Tak ketinggalan, ISIS pun kerap memperburuk keamanan di Afghanistan. Serangkaian ledakan bom ISIS dan tembakan menerjang kompleks kedutaan besar Irak sekitar awal Juli lalu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved