Dalam beberapa tahun terakhir, produksi kopi Indonesia menunjukkan tren penurunan. Pada tahun 2015, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat produksi kopi Indonesia sebesar 639.412 ton. Namun, tahun 2016, produksi kopi mengalami penurunan 0,01 persen menjadi 639,305 ton. Sedangkan pada tahun 2017 produksi kopi ditargetkan sebesar 637,539 ton atau turun 0,27 persen dari tahun lalu.
Dirjen Perkebunan Kementan, Bambang mengatakan, penurunan produksi ini disebabkan cuaca kemarau basah yang terjadi pada tahun 2016 dan membuat produktivitas kopi tidak maksimal. Tahun ini, kondisi cuaca diperkirakan tidak jauh beda dengan tahun lalu. Sehingga produksi kopi di Indonesia masih rendah.
"Rendahnya produksi kopi kita karena 96 persen perkebunan kopi dimiliki masyarakat dengan rata-rata kepemilikan 0,6 hektar (ha) per pertani. Untuk mendorong peningkataan produksi kopi yang tengah lesu, kami akan meremajakan sejumlah tanaman kopi rakyat sehingga berdampak pada penurunan produksi. Diharapkan dalam 2 hingga 3 tahun ke depan, produksinya bisa meningkat," katanya kepada politikindonesia.com di Kantor Kementan, Jakarta, Jumat (06/01).
Menurut Bambang, tahun ini pihaknya akan melakukan intensifikasi pada tanaman kopi seluas 4.900 ha, khususnya untuk tanaman kopi Arabika. Sementara untuk intensifikasi kopi jenis Robusta akan dilakukan untuk tanaman seluas 3.750 ha. Selain itu, akan dilakukan perluasan lahan kopi baru di Kalimantan Tengah seluas 200 ha.
"Kami juga mempersiapkan kebutuhan bibit unggul untuk perluasan perkebunan kopi, termasuk untuk peremajaan tanaman kopi yang sudah tua. Peremajaan dilakukan dengan menghadirkan varietas unggulan hasil penelitian badan penelitian dan pengembangan pertanian (balitbangtan). Total luas lahan yang akan kami kelola untuk peremajaan dan perluasan lahan tahun 2017 ada 8.850 ha," tuturnya.
Dijelaskan, untuk perluasan lahan dan peremajaan, pihaknya menganggarkan dana Rp35,5 miliar. Untuk perbaikanan tanaman kopi robusta seluas 4.900 ha tersebar di 9 provinsi meliputi 22 kabupaten sentra produksi. Kemudian perbaikan tanaman kopi jenis arabika seluas 3.750 ha di 17 kabupaten sentra produksi yang tersebar di 10 provinsi, serta perluasan areal seluas 200 ha di dua kabupaten di Kalimantan Tengah.
"Kegiatan ini kami lakukan sebagai upaya untuk menggenjot produktivitas tanamanan dan produksi kopi nasional. Menurunnya produksi kopi membuat harga kopi dalam beberapa pekan terakhir terus merosot. Padahal, selama beberapa bulan terakhir, harga komoditas tersebut bertahan di level tinggi. Dengan kondisi ini dapat ditebak bahwa harga kopi global segera melandai karena seketika pasokan kopi menjadi melimpah," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved