Harga beras lokal di pasaran terus melambung naik, bahkan telah melampaui harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi.
Meskipun sudah memasuki musim penghujan, harga beras tetap naik secara signifikan.
Berdasarkan pantauan di lapangan, harga beras lokal di tingkat eceran telah mencapai Rp16.000 per kilogram. Artinya harga beras lebih mahal daripada beberapa jenis bahan bakar, seperti Pertamax Turbo yang dijual seharga Rp14,750 per liter atau Pertamax Dex seharga Rp15,450 per liter.
Akibat kenaikan yang drastis ini, masyarakat di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel), mulai beralih ke beras subsidi merk SPHP yang harganya jauh lebih terjangkau. Di sisi lain, pembelian beras subsidi ini dibatasi maksimal 10 kilogram per orang.
Banyak masyarakat yang tidak mendapatkan alokasi tersebut hingga terpaksa membeli beras lokal yang harganya jauh lebih tinggi.
Seorang tukang ojek, Irawan, mengeluh kesulitannya mencari beras subsidi.
Dia terpaksa membeli beras lokal meskipun harganya mahal karena tidak ada pilihan lain.
"Sudah keliling ke agen yang jual beras SPHP tapi tidak kebagian terpaksa beli beras lokal walau mahal daripada tidak makan," kata Irawan dengan nada bicara mengeluh, Minggu (18/2/2024).
Sementara, penjual beras menyebut kenaikan harga beras lokal disebabkan penetapan harga tinggi dari agen dan pabrik penggilingan beras. Mereka menyatakan modal pembelian beras lokal memang sudah tinggi.
Kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok, termasuk beras, sangat mengkhawatirkan masyarakat Pagaralam.
Mayoritas penduduk di sini adalah petani dan memiliki penghasilan rendah. Mereka merasa tekanan ekonomi semakin bertambah. Terutama menjelang Ramadan dan Lebaran, di mana konsumsi masyarakat cenderung meningkat.
Pengamat ekonomi asal Sumatera Selatan (Sumsel), Harianto, mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi ini.
Dia menyebut tanpa tindakan cepat dari pemerintah untuk menstabilkan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya, dampak negatifnya bisa sangat luas.
"Salah satunya peningkatan tingkat kemiskinan, putus sekolah, dan bahkan peningkatan angka kriminalitas sebagai efek domino dari kondisi ekonomi yang sulit," kata Harianto. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved