Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Air Indonesia. Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia Mengjoenjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
Itulah teks sumpah pemuda, yang diperingati bangsa ini setiap 28 Oktober. Namun, berkecamuknya konflik sosial yang berbau suku dan agama belakangan ini telah mengoyak semangat Sumpah Pemuda itu. Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini, harus dijadikan momentum untuk menggairahkan kembali semangat yang terdegradasi tersebut.
Demikian diungkapkan Puti Guntur Soekarno, anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kepada politikindonesia.com. Politisi perempuan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menyebutkan, program untuk membangkitkan kembali semangat kesatuan dan persatuan itu perlu dikemas dengan lebih inovatif, kreatif. “Sesuai dengan kebutuhan pemuda saat ini,” kata dia.
Anggota legislatif dari Daerah Pemilihan Jawa Barat X itu berpandangan, akar terdegradasinya semangat kesatuan dan persatuan adalah kemiskinan dan melebarnya kesenjangan sosial. Untuk itu butuh pendekatan entrepreneurship, agar dari sisi ekonomi, pemuda dapat diberdayakan.
Mengapa perempuan kelahiran Jakarta 26 Juni 1971 itu begitu concern terhadap pendidikan watak dan karakter bangsa? Lantas apa relevansinya dengan Sumpah Pemuda? Ragam jawab atas pertanyaan itu, diungkapkannya kepada Sapto Adiwiloso dari politikindonesia.com dalam suatu wawancara di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (27/10). Berikut petikannya.
Sejauhmana relevansi Sumpah Pemuda pada masa sekarang?
Sumpah Pemuda masih relevan diterapkan pada masa sekarang. Bahkan semangat itu harus terus digelorakan. Sebab, dalam sejarah bangsa, pemuda sangat berperanan dalam menentukan masa depan.
Dalam Sumpah Pemuda terkandung makna kesatuan dan persatuan. Sayangnya, makna yang terwujud dalam kebhinekaan, pluralisme itu mulai terdegradasi. Hal itu tercermin dari banyaknya konflik antaragama, suku dan sebagainya.
Ini harus secepatnya dibenahi. Peringatan Hari Sumpah Pemuda kali ini, harus dijadikan momentum untuk menggairahkan kembali semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
Apa sebenarnya akar masalah konflik itu?
Paling mendasar adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial. Disamping itu juga cara pandang yang salah terhadap makna kesatuan dan persatuan sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Mereka tidak memahaminya secara utuh dan menyeluruh.
Apakah hal ini akibat ditiadakannya kurikulum tentang pendidikan watak dan karakter bangsa?
Iya benar. Kami di Komisi X DPR sangat memprihatinkan dengan itu. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah memasukkan pendidikan watak dan karakter bangsa dalam kurikulum pendidikan nasional. Tetapi dalam pelaksanaannya, belum terlihat.
Mengapa banyak kalangan muda yang abai terhadap aspek pendidikan watak dan karakter bangsa itu?
Letak persoalannya, banyak di antara mereka yang tidak atau belum memahami Pancasila dan UUD 1945 secara utuh dan menyeluruh. Selama ini masih sebatas hafalan. Belum teraplikasi dalam kehidupan.
Pada jaman dulu kita mengenal mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), juga sejarah. Secara kontekstual itu masih perlu. Hanya saja perlu diluruskan. Karena banyak fakta-fakta sejarah yang ditutup-tutupi.
Tapi kan tantangan globalisasi juga besar pengaruhnya?
Betul, itu tidak bisa kita hindarkan. Karena itu pendidikan watak dan karakter bangsa itu juga perlu kemasan yang sesuai dengan situasi kekinian. Tak cukup lagi jika hanya bercerita tentang semangat kepahlawanan, tetapi harus ada kemasan kreativitas yang sesuai dengan kebutuhan kaum muda saat ini.
Saya optimis, kaum muda Indonesia masih memiliki semangat dan kreativitas tinggi. Tinggal bagaimana kemasan programnya. Jika tak mampu menyentuh kebutuhan mereka, maka jangan harap akan terwujud.
Jadi menurut saya, pemerintah perlu menggali kembali program-program pemberdayaan pemuda yang lebih inovatif, kreatif agar mereka pun dapat berpartisipasi di dalamnya.
Bagaimana caranya membangkitkan kembali semangat Sumpah Pemuda itu?
UUD 1945 telah mengatur secara tegas bahwa negara memiliki tanggung jawab dalam menentukan watak dan kepribadian bangsa. Peranan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta penentuan watak dan karakter bangsa itu sangat penting. Tugas kami di dewan yakni mendorong terealisasinya hal itu.
Lantas apa upaya Komisi anda untuk mewujudkan hal itu?
Bukan hanya di Komisi X DPR hal itu kami perjuangkan. Melalui aktivitas partai, kami juga lakukan. Namun, memang butuh perjuangan ekstra agar pendidikan watak dan karakter bangsa itu benar-benar teraplikasi dengan baik.
Tapi dari sisi mana harus mulai?
Sisi kebangsaan dan kemanusiaan. Pengamalan Pancasila tentang persatuan dan kesatuan, terbangun melalui dua aspek tadi. Karena itu, pendekatannya juga harus mampu mengentaskan kemiskinan dan mempersempit kesenjangan sosial.
Ini bukan tugas Kementerian Pemuda dan Olahraga saja, tetapi juga lintas kementerian. Misalnya, bagaimana pemuda diberikan modal untuk mengembangkan usaha. Sebelumnya, kita beri mereka pelatihan. Dalam pelaksanaan, juga dilakukan pendampingan.
Satu lagi, pemerintah melalui badan-badan usaha milik negara mencarikan pasarnya baik di dalam maupun luar negeri. Tak hanya itu, koperasi-koperasi pemuda juga perlu ditumbuhkembangkan.
Butuh kapital atau modal besar, memang. Tetapi ini agar makna Sumpah Pemuda itu dapat bergaung kembali, maka seberapapun anggaran yang dibutuhkan, harus diupayakan bersama.
Biodata singkat :
Nama lengkap : Puti Guntur Soekarno
Tempat/Tgl lahir : Jakarta 26 Juni 1971
Fraksi : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Daerah Pemilihan : Jawa Barat X
Perolehan suara : 69.144 (39,2 persen) BPP:176.296
Anggota : Komisi X DPR
Pendidikan : S-1 Fisip UI (1998)
Pengalaman Organisasi : Wakil Ketua Yayasan Fatmawati
© Copyright 2024, All Rights Reserved