Hipotesa yang disampaikan Tim Terpadu Riset Mandiri tentang adanya bangunan di bawah situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, sudah berhasil dibuktikan secara scientific. Riset ini telah berhasil membuktikan bahwa Indonesia memiliki mahakarya peradaban yang usianya jauh lebih tua dari pengetahuan sejarah kita tentang Indonesia maupun dunia.
Demikian disampaikan oleh Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief, yang juga inisiator terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri kepada politikindonesia.com, Rabu (15/05).
“Tim Terpadu Riset Mandiri menyatakan hipotesa adanya bangunan di bawah permukaan situs Gunung padang sudah berhasil dibuktikan secara scientific. Pembuktian itu melalui coring dan sejumlah eskavasi mengikuti hasil pemindaian tim dan sudah didapatkan hard fact arkeologisnya.”
Penelitian yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri telah berhasil menjawab hipotesa tentang apakah luasan situs yang terpendam itu berlipat dari Candi Borobudur. Juga hipotesa tentang ruangan, cawan raksasa serta anomali magnetik dan teknologi maju di beberapa zone teras juga.
Andi mengatakan, usia situs bawah permukaan berdasarkan uji carbon dating di BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) maupun Lab Beta Miami menunjukkan umur tua dari 600 SM, 9500 SM sampai minimal 25000 SM. Pertayaan selanjutnya di jaman peradaban manusia yang mana bangunan ini dibangun?
Andi mengatakan, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Wiendu Nuryanti menyambut temuan Tim Terpadu ini dengan membentuk Tim Nasional Gunung Padang untuk melibatkan lebih luas lagi para ahli ilmu kebumian untuk bergabung.
Namun, karena Tim Nasional bekerja menunggu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, maka Wamendikbud atas nama negara mempersilahkan Tim terpadu meneruskan risetnya secara mandiri. Apa yang akan dilakukan Tim Terpadu selanjutnya?
Andi menjelaskan, berdasarkan UU yang ada serta putusan kesepakatan yang dipimpin Wamendikbud, maka ada 2 hal yang akan dilakukan Tim Terpadu.
Pertama, sambung Andi, Tim Terpadu akan meneruskan eskavasi lokal atau membersihkan bagian lereng timur Gunung Padang dari tanah dan semak belukar agar masyarakat bisa melihat sebagian bentuk bangunan itu. “Kita berharap eskavasi akan langsung dipimpin Wamendikbud dan Tim Arkeologi dari Tim Terpadu (mahasiswa UI), Balai Arkeologi Jawa barat, dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas),” ujar dia.
Andi menambahkan, karena bekerja bukan berbasis APBN, bantuan para ahli ini sifatnya sukarela. “Kami mengetuk hati peneliti arkeologi dari UI, Balar Jabar dan Puslit Arkenas untuk bergabung dalam kebersamaan kerja sukarela untuk kemuliaan merah putih,” ujar Andi.
Kedua, tambah Andi, hipotesa Tim Terpadu Riset Mandiri terkait ruangan, cawan raksasa dan anomali magnetik masih belum cukup untuk dinyatakan sudah terbukti, masih perlu driling di beberapa tempat. “Namun indikasi sangat kuat terutama ruangan (chamber) itu ada sedikit lagi, kami yakin bisa membuktikannya,” ujar mantan aktifis mahasiswa.
Andi menegaskan, secara umum Tim Terpadu Riset Mandiri menyatakan bahwa Indonesia Sudah Memiliki Mahakarya Peradaban yang usianya jauh lebih tua dari pengetahuan sejarah kita tentang Indonesia maupun dunia. “Mari semua unsur ahli duduk bersama, melarang riset sudah tidak mungkin membatalkan temuan spektakuler para ahli kita.”
Andi berharap kelanjutan dari riset Gunung Padang ini dapat berjalan dengan baik. Para juru pelihara situs diharapkan tetap bisa membantu Tim Terpadu Riset Mandiri melakukan penelitian sambil menunggu timnas berjalan.
Andi juga berharap ancaman pemberhentian para juru pelihara yang dilakukan BP3 Serang, Dirjen Kepurbakalaan dan Museum dan beberapa oknum lainnya dihentikan. “Satukan barisan, Lupakan perbedaan. Artefak yang menyatukan kita semua,” tandas Andi Arief.
© Copyright 2024, All Rights Reserved