Fokus pelacakan pelaku bom yang meledak di Hotel JW Marriott mulai diarahkan ke Jamaah Islamiyah (JI). Aparat keamanan melihat cukup banyak indikasi yang menguatkan dugaan keterlibatan kelompok yang masuk dalam daftar teroris internasional di PBB itu.
Sinyal ke arah JI itu bisa dilihat dari temuan awal yang menyebutkan adanya kemiripan modus peledakan bom Marriott dan bom Bali. Dalam penjelasannya kepada pers kemarin, Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar mengakui bahwa investigasi dilakukan dengan mengaitkan kedua tragedi tersebut. Selain itu, aparat membuka file-file penangkapan sembilan anggota JI di Semarang dan Jabotabek Juni lalu. "Tapi, belum ada kesimpulan. Tunggu hasil akhir kerja tim investigasi karena kita tidak ingin asal menuduh si A, B, atau si C" jelas Kapolri setelah rakor polkam kemarin.
Dari sembilan anggota JI yang ditangkap beserta sejumlah bahan peledak, amunisi, dan senjata api itu, ditemukan dokumen rencana aksi teror di sejumlah tempat di Jakarta. Pada dokumen Semarang itu, ada 23 titik yang akan diledakkan. Titik-titik itu termasuk di Semarang, Jogja, dan Jakarta.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Prasetyo, titik yang menjadi target di Jakarta adalah kawasan Mega Kuningan. Di areal inilah Hotel JW Marriot berdiri megah. Titik sasaran di Mega Kuningan ini bisa jadi adalah JW Marriott yang Selasa lalu luluh-lantak. Maklum, hotel ini dikenal sebagai tempat pertemuan warga asing, terutama Amerika Serikat, yang selama ini menjadi target kelompok JI.
Dijelaskan Prasetyo, sasaran lain adalah gedung DPR/MPR yang meledak 14 Juli 2003. Titik lain hanya disebutkan kawasan Jl Sudirman.
Kendati belum berani menyimpulkan siapa pelaku bom Marriot, Da’i mengaku bahwa JI masih bergentayangan di Indonesia. Sebab, sebagian aktor dan dalang bom Bali belum tertangkap. Pengungkapan semua anggota jaringan JI itu sulit karena mereka menggunakan jaringan sistem sel yang terputus.
Mantan Kapolda Jawa Timur itu mengungkapkan, jaringan JI yang tertangkap di Jabotabek dan Semarang belum sepenuhnya terungkap. Padahal, mereka sudah mengancam akan melakukan serangkaian aksi teror. Polisi terus mencari dan mengejar kelompok yang membahayakan itu.
Dari pelacakan tersebut, sudah dapat dideteksi alat komunikasi mereka. Tapi, teroris yang paling ditakuti di Asia Tenggara itu tahu keberadaannya sudah terlacak. Alat komunikasi itu pun tidak lagi mereka gunakan. "Karena itu, kita tidak bisa mendeteksi lagi sasaran yang mereka pilih," tandas Da’i.
Senada dengan Da’i, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono juga tidak mau berspekulasi bahwa JI adalah pelakunya. Menurut dia, JI hanyalah salah satu kemungkinan yang masih terbuka. Pelaku lain yang juga mungkin adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan kelompok lain dari luar atau dalam negeri.
Perkembangan investigasi di lapangan juga mulai mendapat titik terang. Polisi sudah memperoleh sejumlah temuan penting di TKP (tempat kejadian perkara) yang bisa mengarahkan kepada pelaku aksi menghebohkan itu. Bukti awal tersebut berupa kepemilikan mobil Kijang dan sketsa wajah yang diduga kuat mengangkut bahan peledak.
Da’i mengungkapkan, polisi sudah mendapatkan kejelasan tentang status Kijang biru metalik keluaran 1986 itu. Dari pelacakan aparat di lapangan, Kijang itu milik warga Cempaka Putih yang bernama Soni. Namun, mobil itu ternyata sudah berpindah tangan.
Menurut keterangan Soni, mobil tersebut dijual kepada seseorang yang mengaku warga Jakarta Timur dua minggu lalu dengan harga Rp 26 juta.
Keberhasilan mengungkapkan kepemilikan Kijang itu berasal dari identifikasi nomor rangka (chasis) dan nomor mesin yang sudah dihapus oleh pelaku peledakan. Polisi mendapatkan kembali nomor kerangka dan mesin berdasarkan dokumen pembelian mobil. "Karena itu, kasus peledakan JW Marriott ini mirip bom Bali," ujarnya.
Dari temuan itulah polisi mengembangkan penyelidikan. Polisi, lanjut Da’i, sudah membuat sketsa wajah pembeli Kijang. Sketsa itu akan dipadukan dengan hasil rekonstruksi potongan tubuh dan kepala orang tidak dikenal. Aparat menduga orang itu sebagai penumpang Kijang dan terkait dengan peledakan.
Temuan lain di TKP adalah bahan bom. Menurut Da’i, bahan yang digunakan adalah campuran bahan low explosive berupa black powder dan bahan high explosive berupa TNT, RDX, dan HMX. Campuran bahan bom itu masih dikelilingi bahan bakar bensin, yang diketahui dari penemuan jerigen plastik di TKP. Campuran itu tidak hanya menimbulkan efek ledakkan, tetapi juga api yang besar.
Di tempat yang sama, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono membantah bahwa aparat intelijen Indonesia kecolongan. Menurut dia, aksi terorisme tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara lain seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Arab Saudi. Aparat Indonesia sendiri sudah melakukan pencegahan. Tetapi, peledakan masih saja terjadi karena teknologi teroris semakin canggih dan melakukan aksinya secara mendadak.
"Tapi, kita memang harus meningkatkan kapasitas intelijen kita, termasuk kerja sama dengan dunia internasional. Terkait kasus JW Marriott ini, Indonesia sudah menerima bantuan dari Australian Federal Police (AFP) dan bantuan intelijen dari negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina yang sebelumnya berjalan dengan baik.
Terkait dengan aksi terorisme itu, pemerintah mengambil tiga langkah khusus. Menurut Yudhoyono, langkah pertama dilakukan dengan menguatkan sistem keamanan lokal. Dia meminta instansi pemerintah dan swasta agar meningkatkan keamanan lokal. Berkaitan dengan keamanan lokal tersebut, pemerintah akan mengeluarkan standar minimal pengamanan.
"Bagi instansi yang lalai dan tidak sesuai dengan standar, akan kita katakan keamanan lokal Anda buruk. Karena itu, harus ditingkatkan," jelasnya.
Langkah kedua dilakukan dengan menggerakkan partisipasi masyarakat. Yudhoyono mengakui bahwa sekarang ini masyarakat semakin waspada. Tapi, pemerintah akan melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kewaspadaan.
Langkah ketiga, pemerintah akan meningkatkan upaya pendeteksian. Untuk itu, Yudhoyono meminta masyarakat agar memahami jika aparat harus mengambil langkah proaktif untuk mendeteksi kemungkinan adanya ancaman terorisme. Terkait dengan upaya proaktif tersebut, mantan Kaster TNI itu menandaskan bahwa masalah itu sudah diatur dalam UU No 15 Tahun 2003 dan hasil amandemen UUD 45 pasal 28, yang mengatur masalah hak asasi manusia (HAM).
"Terakhir saya sangat ingin berpesan, masyarakat jangan apatis terhadap teroris. Mereka sekarang sedang tertawa-tawa, tapi dampaknya pada kita. Ekonomi menjadi rusak dan rakyat menjadi sengsara. Mereka mendapatkan uang, tapi perlakuan mereka membuat masyarakat harus bersedih," tuturnya.
Sampai kemarin, kawasan Hotel JW Marriott masih dikunjungi banyak warga yang ingin melihat secara langsung dampak ledakan tersebut. Namun, mereka tidak bisa melihat dari dekat. Polisi telah memasang police line, yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi ledakan. Selain petugas, siapa pun dilarang melewati garis polisi itu.
Polisi juga telah menutup lokasi pusat ledakan dengan terpal warna biru setinggi sekitar lima meter. Karena itu, warga yang datang tidak bisa melihat secara utuh kerusakan yang ditimbulkan ledakan dahsyat itu. Pandangan mereka terbatas pada sela-sela terpal yang memang dijadikan pintu masuk ke lokasi.
Suasana kantor-kantor di sekitar kawasan Hotel JW Marriott terlihat sepi dan lengang. Sebab, kantor-kantor di sekitar kawasan itu tampaknya telah meliburkan para karyawannya selama sepekan. Akibatnya, aktivitas di kawasan tersebut otomatis tidak tampak.
Didik Soewandi, salah satu pebisnis yang berkantor di Plaza Mutiara, mengaku meliburkan beberapa hari karyawannya. Kantornya terpaksa ditutup karena kondisinya belum bisa ditempati akibat bom itu. "Untuk sementara, kami akan berkantor di tempat lain yang aman," ujar Didik kepada koran ini kemarin.
Meski terlihat sepi, aktivitas pengamanan gedung kantor-kantor itu tetap ketat. Para sekuriti terlihat bersiaga penuh di sekitar kantornya masing-masing. Mereka tampak begitu waspada, apalagi kalau ada mobil atau tamu yang akan masuk ke kantor mereka.
Pengamanan di sekitar lokasi ledakan memang terlihat begitu ketat. Ratusan petugas, baik berseragam maupun berpakaian preman, tampak bersiaga di sekitar kawasan itu.
Kesibukan juga sangat tampak pada petugas Tim Labfor Mabes Polri yang terlihat terus melakukan olah TKP. Selain itu, puluhan petugas kebersihan dikerahkan untuk membersihkan puing-puing bekas ledakan.
Yang menarik perhatian, sedikitnya delapan anggota polisi dari AFP (Australian Federal Police) terlihat sudah datang dengan membawa peralatan lengkap. Mereka langsung bergabung dengan Tim Labfor Mabes Polri untuk melakukan penyelidikan di lokasi ledakan.
AS Tersinggung
Pemberitaan yang menyebutkan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) telah membatalkan pemesanan 20 kamar di JW Marriott beberapa saat sebelum ledakan membuat Kedubes AS tersinggung. Mereka menilai, pemberitaan yang mengutip sebuah sumber yang tidak jelas identitasnya itu sangat tendensius dan membuat suasana semakin keruh.
"Saya tegaskan bahwa kami tidak pernah membatalkan pemesanan kamar pada Selasa atau hari-hari sebelumnya," ujar Atase Pers Kedubes AS Stanley Harsha saat dihubungi koran ini kemarin.
Tetapi, lanjut Harsha, yang membuat Negeri Paman Sam itu makin tersinggung adalah tudingan bahwa AS telah mengetahui sebelum terjadi ledakan yang menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya itu. "Anggapan itu membuat kami sangat tersinggung. Itu jelas diungkapkan pihak-pihak yang bertujuan buruk ingin membuat kerisauan dan ketegangan dengan mengutip sumber yang tidak jelas."
Karena itu, dia meminta media massa tidak gegabah menurunkan pemberitaan. Berita dari sumber yang tidak jelas dan sumir seharusnya tidak ditanggapi.
Beberapa saat setelah JW Marriott meledak, Kedubes AS mengeluarkan warden message kepada seluruh warganya agar bersikap low profile, menguban rute, dan waktu bepergian menghindari wilayah bahaya. Pemerintah AS yakin, pengaman situasi saat ini akan terus-menerus ditingkatkan. Pengamanan di kantor-kantor resmi AS dan fasilitasnya yang potensial jadi target serangan teroris juga makin ditingkatkan. Termasuk sejumlah fasilitas atau tempat-tempat yang sering didatangi warga AS atau warga Barat. Misalnya, toko, hotel, klub, restauran, shopping center, dan apartemen.
Tawaran kerja sama untuk mengungkap bom JW Marriott dan memerangi terorisme terus mengalir. Kemarin Perdana Menteri (PM) Singapura Goh Chok Tong dan Presiden Filipinan Gloria Macapagal Arroyo mengirimkan surat ucapan duka cita dan dukungan kerja sama memerangi terorisme. "Ada pula, rencana Presiden Mega melakukan pembicaraan telepon langsung dengan PM Australia John Howard yang tinggal mencocokkan waktunya," kata Menlu Hassan Wirayuda sesudah pelantikan lima duta besar di Istana Negara kemarin.
Menurut Hassan, ada banyak negara yang menawarkan kerja sama dan bantuan penyelidikan pengeboman Marriott. Selain dari pemerintah Singapura dan Filipina, tawaran kerja sama mengungkap pengeboman Marriott datang pula dari Australia dan Prancis. "Ini bergantung pada permintaan pemerintah dan kepolisian kita," ujarnya.
Pemboman Marriot, kata Hassan, makin menumbuhkan kebulatan tekat dan keteguhan rasa kebersamaan banyak negara. Memang ada pernyataan keprihatinan dan kekhawatiran, pengeboman itu akan mempengaruhi upaya pemulihan ekonomi dan turisme. Namun, dukungan untuk mengungkapnya juga cukup besar. "Terlepas dari kemungkinan dampak buruk pengeboman Marriott ini, ada juga tawaran dan dukungan untuk sama-sama menanggulangi dampak pengeboman ini," ujarnya.
Sementara itu, pemerintah berjanji akan mengucurkan dana darurat untuk membantu para korban pengeboman Marriott. Meski tak menyebut jumlahnya, Menko Kesra M. Jusuf Kalla mengakui, dana yang disediakan pemerintah itu pasti mencukupi. "Jadi, silakan rumah sakit-rumah sakit mengajukan klaim kepada pemerintah," kata Kalla usai pelantikan lima duta besar di Istana Negara, kemarin.
Menurut Kalla, pemerintah akan menanggulangi penanganan korban pengeboman JW Marriott. Para korban yang akan dibantu tersebut, termasuk korban yang tewas dan warga negara asing. "Untuk bantuan korban asing itu, santunan yang diberikan sesuai standar Indonesia," paparnya
© Copyright 2024, All Rights Reserved