Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi lahar dingin dari Gunung Merapi yang masih besar. Terlebih lagi di musim penghujan warga Sindumartani, Ngemplak, Sleman harus lebih waspada.
“Potensi lahar dingin masih cukup besar. Kemarin hitungannya dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang mengancam di Kali Gendol 7 jutaan meter kubik," kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Sleman, Heru Saptono, Jumat (25/10).
Heru mengatakan, material lahar dingin masih cukup banyak. Pada erupsi biasanya, material yang dikeluarkan sekitar 2 juta meter kubik. Namun, diprediksi saat ini material yang ada masih sekitar 7-8 juta meter kubik di Kali Gendol.
Heru juga mengingatkan bahwa penambangan pasir hasil erupsi Merapi beberapa tahun silam justru membahayakan. Hal ini karena penambangan yang dilakukan ternyata tidak hanya dilakukan di badan sungai, namun juga sudah sampai ke tepian sungai. "Justru itu yang bahaya karena alirannya tidak bisa kita prediksi."
Menurut Heru, para penambang justru merusak talud yang ada. Sebab apabila talud tersebut rusak maka lahar dingin tidak akan melewati sungai tapi justru akan melewati desa-desa di sekitar.
Berdasarkan hasil pantauannya, penambangan pasir telah mengarah ke talud, seperti di Utara dam Bronggang. Heru menambahkan, ancaman lahar dingin tidak hanya terjadi di Kali Gendol, namun juga terjadi di Sungai Boyong dan Sungai Opak.
Heru menjelaskan, daerah yang diprediksi rawan terhadap bencana banjir lahar dingin yakni di Sindumartani, Ngemplak.
Untuk itu, BPBD Sleman sudah mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana. Yakni memberikan peta rawan bencana di masing-masing dusun yang rawan bencana serta memberikan sosialisasi tanggap bencana.
Ada pun di 11 padukuhan di Desa Sindumartani, terdapat 8 daerah yang terancam bencana. Sementara itu, 3 padukuhan lainnya akan dijadikan tempat mengungsi apabila terjadi bencana.
"Masyarakat sudah siap, kami juga persiapkan dapur umum. Kalau mengungsi juga telah ada kelembagaannya. Sementara ini yang paling rawan hanya Sindumartani," kata Heru.
Selain itu, ujar Heru, untuk mengantisipasi bencana lahar dingin tersebut, telah dipasang early warning system (EWS) sebagai peringatan. BPBD juga telah mengaktifkan radio komunitas frekuensi penduduk untuk memantau sungai-sungai.
"Mereka punya pos sendiri di masing-masing titik sungai dan akan melaporkan tiap kejadian yang akan dikoneksikan dengan radio frekuensi milik BPBD," ujar Heru.
Kemudian untuk memantau curah hujan, pihaknya akan melakukan pemantauan di pos pengamatan di Pakem. Apabila curah hujan di atas 35 mm, maka warga diminta untuk siap siaga terhadap bencana.
Menurut Heru, kalau curah hujan diatas 30mm berpotensi terjadi lahar dingin di Kali Gendol. Sehingga alat itu menjadi warning. Alat pemantaunya juga sudah ada di sungai yang berhulu Merapi. Warga diharapkan turut berpartisipasi melaporkan apabila terjadi bencana sehingga warga lainnya dapat waspada.
© Copyright 2024, All Rights Reserved