Sikap Joko Widodo yang membela langkah Megawati Soekarno saat menjual sejumlah aset negara ketika menjabat Presiden Republik Indonesia ke-5 dinilai tidak elok. Pernyataan calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu dinilai membela hal yang salah.
“Dia tidak ngerti apa-apa, jadi jangan membela yang salah. Kalau dia mengakui bahwa bosnya melakukan yang salah, itu lebih bagus," ujar Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara kepada pers di Jakarta, Selasa (01/04).
Marwan menegaskan, ada kekhawatiran jika Jokowi maju menjadi Presiden, pengalaman buruk yang dilakukan Megawati saat memimpin bangsa kembali terulang. “Bukan karena bosnya salah terus dibela. Kalau salah mengaku, itu orang akan lebih hormat. Kami khawatir juga jika masalah tersebut akan terulang,” lanjutnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Jokowi menilai kebijakan Megawati saat menjual sejumlah aset negara seperti Indosat dan satelitnya, dan kapal tanker VLCC Pertamina karena saat itu berada dalam pilihan sulit karena harus menutupi kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mendesak. Itulah mengapa terpaksa harus menjual aset negara.
“Ya mestinya dilihat konteksnya pada saat itu, tidak sekarang. Saat itu, ada kebutuhan APBN yang harus ditutupi, kemudian mencari jalan keluar," kata dia, disela-sela kampanyenya di kawasan Cisarua Puncak Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/03).
Menurut Jokowi, berdasarkan pengalamannya memimpin Solo dan Jakarta, sebagai seorang pemimpin kerap kali harus dihadapkan pada pilihan yang sulit. Apalagi, lanjut dia, keputusan itu harus diambil secara cepat dan tepat, meskipun berisiko. “Beda kalau keadaannya normal. Saat itu kan konteksnya negara sedang krisis," ujar Gubernur DKI Jakarta itu membela Megawati.
© Copyright 2024, All Rights Reserved